News  

“Animate the Journey” Karya M. Soegian Noor Bermakna Penjiwaan Spontan

Perupa M. Soegian Noor (baju putih) dan pemilik NW Art Space Yogyakarta Nanang Wijaya di pameran tunggal Soegian “Animate the Journey”. (Foto : Y.B. Margantoro/bernasnews)

bernasnews – Perupa berpendidikan SI Seni Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta M. Soegian Noor mengadakan pameran tunggal karya lukisnya. Bertajuk Animate the Journey, perupa kelahiran Kalimantan Selatan tahun 1966 ini pameran di NW Art Space Yogyakarta, Jalan Karanglo RT 03/02, Purwomartani, Kalasan, Sleman, DIY, tanggal 18 Februari – 5 Maret 2024. NW Art Space adalah galeri seni milik perupa Nanang Wijaya.

Akademisi Prof Ir Wiendu Nuryanti, M.Arch., PhD dalam sambutannya mengemukakan, pameran ini memiliki makna yang dalam sebagai penjiwaan spontan. Itulah hakikat seni yang sesungguhnya. Bahwa spontanitas, instanitas ekspresi dalam karya-karya semacam ini menggambatkan perpaduan berbagai suasana dan rasa yang tidak mungkin terulangi dan termanipulasi. 

“Karakter yang terpancar dari karya-karya lukisan semacam ini selain murni, juga memiliki daya yang melesat bagaikan menangkap kilat ke dalam botol. Tentu saja hasil yang terbentuk di lapangan menghadirkan karakter yang berbeda dengan karakter karya-karya hasil olahan studio,” kata profesional arsitektur dan perencanaan kota ini. 

Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bidang Kebudayaan periode tahun 2011-2014 ini, karya-karya lukisan yang ditampilkan M. Soegian Noor dalam pameran ini adalah karya-karya cair air hasil on the spot di Yogyakarta, Bali dan Kalimantan. Lukisan-lukisannya memperlihatkan ekspresi spontan yang berusaha mengungkapkan kesan-kesan dari situasi rasa dari obyek gambarannya. 

“Karya-karya on the spot menjadi penting di tengah hiruk pikuk luksian kontemporer Indonesia yang sedang berkembang. Sebab eksistensi lukisan on the spot adalah melukiskan alam sekitar lengkap dengan kebiasaan, adat istiadat, prosesi spiritual masyarakat yang menjelma menyatukan subyek dan obyek dalam lukisannya. Harapan kita, karya-karya Soegian Noor dapat menjadi kekuatan dan warna baru dalam dunia seni lukis di Indonesia,” kata Prof Wiendu.

Aa Nurjaman dalam tanggapan atas pameran ini mengatakan, karya-karya lukisan on the spot menjadi penting di tengah chaos-nya lukisan kontemporer Indonesia. Kenapa luksian kontemporer Indonesia disebut chaos, kacau atau tidak jelas? Apabila para seniman Cina dan Jepang berkarya berdasarkan latar belakang kejadian tragis di negaranya, kenapa para seniman Indonesia hanya mampu meniru mereka berdasarkan kejayaannya di medan pasar?

“Hal ini yang perlu kita cermati supaya seni rupa kontemporer kita dikembalikan kepada akarnya, jiwa ketok. Salah satu kegiatan para seniman ‘jiwa ketok’ seperti Soedjojono, Affandi, Hendra Gunawan, dan lain-lain adalah melukis on the spot,” kata dia. 

Pengelola NW Art Space Yogyakarta Nanang Wijaya kepada bernasnews mengemukakan, pameran karya perupa Soegian Noor ini diharapkan dapat turut menyemarakkan dinamika melukis on the spot dan dunia melukis pada umumnya. (mar)      

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *