bernasnews.com – Menandai ungkap syukur pengabdian sebagai dokter 30 tahun dan HUT ke-28 perkawinan saya dokter Asdi Yudiono dan isteri Yovita Setyaningsih, kami melakukan perjalanan wisata ke Spanyol dan Portugal. Di Barcelona, kami bertemu anak ketiga kami Raditya Dion Mahendra yang sedang menempuh studi di Jurusan Tehnik Energi Terbarukan Universitas Koln Jerman.
Hari Senin (12/9/2022) pukul 13.15 WIB kami berangkat dari Karawaci menuju Bandara International Soekarno Hatta. Tidak terlalu jauh. Dengan akses tol baru yang banyak dibangun di era Presiden Joko Widodo banyak kemudahan yang kita dapatkan.
Setiba di terminal 3, kami mempersiapkan segala sesuatunya, dokumen untuk registrasi ulang dan bagasi. Tiga koper besar dan dua hand carry sepertinya menjadi tugas saya sebagai laki-laki perkasa dan suami hebat dari istri yang hebat pula.
Koper yang 16 kg, 14 kg dan 18 kg, entah akan bertambah jadi berapa kilogram nantinya. Karena maksimal penerbangan internasional per-penumpang 30 kg. Kami berada di gate 8 CGK Airport untuk menunggu boarding pesawat Emirates. Menuju Dubai.
Selanjutnya, perjalanan dengan pesawat Emirates EK 357 menuju Dubai ditempuh selama delapan jam. Jarak waktu antara Dubai dan Jakarta selisih tiga jam lebih awal WIB. Pesawat Boeing 777 seri 300 ER dengan posisi duduk 3-4-3. Nomor duduk kami 31 C dan D, dan banyak ratusan Jemaah Indonesia yang akan umroh bersama pesawat ini.
Disambut cuaca terang Barcelona
Dari Dubai hari Selasa (13/9) pukul 03.25, kami mendarat dengan selamat di Bandara Barcelona pukul 09.25 waktu setempat. Cuaca terang, suhu sejuk sekitar 21 derajat Celsius.Kami masuk pemeriksaan imigrasi dan pengambilan bagasi dulu dan dilanjutkan menuju Monseratt, gunung batu yang indah. Di sini kita dapat melihat Black Madonna yang sangat bersejarah.
Dari Bandara Barcelona pukul 10.40 kami mulai perjalanan menuju Monseratt dengan bus wisata yang cukup bagus mengiringi rombongan. Perjalanan ini memakan waktu 90 menit.
Perjalanan kemudian dilanjutkan sekitar 46 km menuju Gereja Sagrada Familia karya Antonio Gaudi. Untuk kedua kalinya kami mengunjungi gereja Katolik ini yang tidak selesai-selesai dalam membangun sesuai blue print arsitek legendaris dan genius saat itu, Antonio Gaudi.
Dipandu oleh guide lokal Mr David kami mendapatkan penjelasan tentang seluk beluk gereja tua nan megah itu. Ribuan orang hadir, semua wisatawan mancanegara dari segala kalangan untuk melihat kehebatan karya Sang Maestro.
Selasa malam ditutup dengan makan bersama di Hotel Princess Bercelona di mana kami menginap. Selanjutnya kami tidur karena sudah terasa lelah setelah 40 jam sejak dari Jakarta belum sempat istirahat.
Rabu (14/9) kami terbangun pukul 06.00 setelah semalaman tidur bersama anak kami Dion dan mamanya dalam satu bed. Sempit tapi jadi momen yang langka. Kami sarapan pukul 07.00 dan siap berangkat pukul 08.00 menuju ke tempat bernama Parque Cientifico de Barcelona. Ini sebuah institusi pendidikan yang bergerak dalam penelitian nutrisi. Cukup menarik dengan adanya narasumber yang banyak menjelaskan manfaat nutrisi. Dimulai saat ibu hamil dan kehidupan anak dimulai, sampai dengan usia lanjut.
Selanjutnya kami makan siang di sebuah Chinesse Restaurant Rio Azuldi tengah kota. Selanjutnya rombongan menuju ke Montjuic Cable Car di daerah bukit Montjuic. Di sini kita dapat melihat kota Barcelona dari ketinggian. Tampak pula Gereja Sagrada Familia dari kejauhan.
Kira-kira pukul 16.00 kami menikmati Plaza de Cataluna, sebuah area seperti alun-alun kota Barcelona yang terkenal seperti dilagukan oleh Fariz RM, Barcelona. Makan malam di restoran, ada menu Paila dan ikan bakar yang lezat.
Taman indah Parque Guell
Kamis (15/9) kami bangun pukul 06.30. Persiapan pergi ke sebuah taman indah bernama Parque Guell yang dirancang Sang Maestro Antonio Gaudi. Tempat ini merupakan lokasi syuting film Meteor Garden. Dari hotel, dengan menumpang bus memakan waktu 80 menit perjalanan.
Kami didampingi guide lokal bernama Mr David. Dia juga memandu kami saat ke Gereja Sagrada Familia, sebuah Gereja Keluarga Suci karya arsitek Antonio Gaudi.
Tepat pukul 11.00 waktu setempat, kami meninggalkan taman genius karya Antonio Gaudi. Dikisahkan oleh guide, sang maestro adalah sosok yang sederhana, sosial dan dermawan. Sampai akhirnya di usia 76 tahun dia tertabrak trem di kota kelahirannya sendiri secara mengenaskan.
Karena almarhum Gaudi tidak membawa identitas, uang dan apalagi HP, maka sampai hari ketiga baru ditemukan sudah menjadi mayat. Sebuah kematian tragis bagi orang baik. Tentu, pintu VVIP Surgawi terbuka baginya.
Perjalanan berikut memakan waktu 90 menit menuju La Roca Outlet, sebuah daerah perbelanjaan. Nah ini pastilah kaum ibu yang suka. Sang suami cukup mengontrol saja sambil menikmati kopi di warung kopi modern Starbuck. Bisa-bisa koper beranak pinak nih.
Pusat belanja premium class outlet ini menyajikan beragam merk terkenal. Sangat cocok bagi kaum ibu milenial. Bayangkan, waktu belanja yang dihabiskan di sini enam jam! Asal dompet tebal dan berisi tidak masalah. Sebuah gaya hidup yang sangat dipengaruhi keinginan individu untuk menenteng tas dengan tulisan brand merk terkenal.
Jumat (16/9) pukul 04.30 kami check out dari Hotel Princesss menuju Bandara International Barcelona menanti penerbangan ke Lisboa Portugal.
Rasa semedot dan hati yang masih rindu berat rasanya berpisah dengan Dion. Di depan hotel kami berpelukan dan rasanya tidak ingin berpisah. Anak ketiga kami ini mandiri sekali. Rencananya, Jumat malam dia akan terbang kembali ke Koln Jerman untuk persiapan ujian dan magang kerja yang sudah dia jalani selama delapan bulan terakhir ini. (dr. Asdi Yudiono, Penanggung Jawab Klinik Intan Yogyakarta, mitra bernasnews Digital Academy)
Kerennnnn bgt