Mim Yudiarto Bongkar Pesan Tersembunyi di “Tak Kenal Maka Ta’aruf”

Pengarang Mim Yudiarto Berbagi Wawasan tentang Karya Terbarunya

Dalam sebuah acara peluncuran poster resmi dan trailer film Timur yang diadakan di Epicentrum XXI, Jakarta, pada Kamis (6/11/2025), penulis Mim Yudiarto menjadi pusat perhatian lewat pernyataannya mengenai karyanya terbaru, yaitu novel dan film berjudul Tak Kenal Maka Ta’aruf. Ia menjelaskan bagaimana gagasan awal menulis novel ini muncul dari dorongan rekan-rekan dalam dunia perfilman untuk menciptakan cerita yang segar, lucu, romantis, tetapi juga membawa pesan moral yang kuat bagi generasi muda.

“Awalnya saya menulis novel ini atas saran teman-teman sineas. Mereka bilang, coba buat sesuatu yang segar, lucu, romantis, tapi juga membawa pesan. Pesan kepada generasi muda, yang memiliki nilai kebaikan,” ujar Mim Yudiarto dalam sesi tanya jawab dengan para jurnalis.

Lebih lanjut, Mim menjelaskan bahwa Tak Kenal Maka Ta’aruf bukan hanya sekadar kisah cinta biasa, melainkan upaya untuk memperkenalkan nilai dan norma Islam dalam konteks hubungan antar lawan jenis di era modern. Ia menekankan bahwa generasi muda saat ini perlu memiliki perspektif yang lebih luas, bahwa hubungan antara cowok dan cewek tidak hanya sebatas pacaran atau HTS (Hubungan Tidak Resmi). Ada kaidah-kaidah yang sudah lama ada, sejak masa Nabi Muhammad, tentang cara menemukan jodoh yang terbaik.

“Kita tidak memaksakan. Kita hanya menyediakan pilihan. Kita ingin memberi khasanah pada generasi muda bahwa pacaran itu tidak hanya begini dan begitu, tapi ada tuntunannya,” tambahnya.

Novel yang kemudian diadaptasi menjadi film ini, kata Mim, menyajikan kisah cinta dengan pendekatan yang lebih bermakna. Tak Kenal Maka Ta’aruf mengisahkan perjalanan Zoya, seorang mahasiswi kedokteran yang memegang teguh prinsip agama dan berjuang melawan trauma masa lalu, serta Faris, seorang anak band yang ingin segera menikah. Konflik muncul dengan kehadiran Cleopatra, seorang mahasiswi yang secara agresif mengejar cinta Faris.

Melalui kisah tersebut, Mim berharap penonton bisa melihat sisi lain dari cinta dan hubungan, bukan hanya dari sisi romantisme, tetapi juga dari nilai-nilai spiritual dan tanggung jawab moral. “Kita ingin mengajak generasi muda untuk berpikir, bahwa cinta yang baik itu bukan hanya soal perasaan, tapi juga tentang komitmen dan niat yang benar,” ujarnya.

Kehadiran Tak Kenal Maka Ta’aruf di tengah tren film romantis modern menjadi angin segar bagi sinema Indonesia. Dengan balutan cerita ringan, dialog jenaka, dan pesan moral yang dalam, film ini diharapkan mampu menjadi tontonan reflektif bagi anak muda yang sedang mencari makna cinta sejati. Seperti yang diungkap Mim Yudiarto,

“Film ini bukan tentang melarang, tapi tentang membuka mata — bahwa dalam Islam, cinta pun punya jalan yang indah dan terarah.”




Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *