Gatal pada Luka: Tanda Penyembuhan atau Tanda Masalah?
Banyak orang menganggap bahwa rasa gatal pada luka adalah tanda bahwa luka sedang dalam proses penyembuhan. Namun, apakah benar begitu? Jawabannya tidak selalu sederhana. Terkadang, rasa gatal bisa menjadi indikasi dari proses alami tubuh, tetapi juga bisa menjadi tanda adanya masalah yang perlu diperhatikan.
Apa Sebenarnya Penyebab Gatal pada Luka?
Menurut dr. Heri Setyanto, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (PABI), rasa gatal pada luka memang bisa terjadi sebagai bagian dari proses penyembuhan. Hal ini terjadi karena ada jaringan granulasi, yaitu jaringan yang sedang tumbuh dan membentuk sel-sel baru di area luka.
“Luka gatel itu kan karena ada jaringan granulasi, jaringan yang mau tumbuh. Jadi, rasanya ke dalam luka itu gatel. Itu wajar itu, normal, biasa,” ujar dr. Heri dalam edukasi media di Jakarta Pusat.
Proses regenerasi kulit ini sering kali menimbulkan sensasi seperti ditarik atau gatal ringan. Namun, penting untuk memperhatikan lokasi gatal tersebut. Jika gatal hanya terasa di bagian dalam luka, maka itu merupakan tanda bahwa tubuh sedang bekerja memperbaiki jaringan yang rusak. Namun, jika gatal muncul di pinggir luka, bisa saja itu tanda iritasi atau reaksi alergi terhadap bahan perban atau plester.
Gatal di Pinggir Luka Bisa Jadi Tanda Iritasi
dr. Heri menjelaskan bahwa gatal di sekitar luka, terutama di pinggirnya, bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk alergi terhadap bahan perban, kotoran, atau bahkan lingkungan sekitar. Jika gatal disertai dengan kemerahan, bengkak, atau ruam, maka kemungkinan besar itu adalah tanda iritasi atau reaksi alergi.
“Jadi, benar itu, kalau itu dalam kondisi gatel itu apa baiknya? Tapi yang di dalam luka lho, bukan yang di pinggir luka. Kalau di pinggir luka mungkin dia karena alergi,” kata dr. Heri.
Jangan Merendam Luka dalam Air Garam
Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan masyarakat adalah merendam luka dalam air garam. Mereka percaya bahwa air garam bisa membersihkan luka dan mempercepat penyembuhan. Namun, hal ini justru bisa merusak jaringan baru yang masih rapuh.
“Kalau dia tidak begitu mengganggu, dibiarkan aja. Tapi kalau mengganggu, nanti bisa ditambahin dengan obat-obatan,” jelas dr. Heri.
Ia menekankan bahwa penggunaan air garam tidak disarankan karena dapat mengganggu kelembapan luka. Luka yang terlalu kering justru akan sulit tumbuh secara optimal. Jika rasa gatal cukup mengganggu, dokter dapat meresepkan salep atau obat tertentu untuk membantu mengurangi sensasi tersebut tanpa merusak jaringan yang sedang tumbuh.
Jangan Asal Mengelupas Luka yang Gatal
Banyak orang tidak tahan dengan sensasi gatal dan akhirnya memilih untuk mengelupas kerak luka atau menggaruknya hingga terbuka. Padahal, kebiasaan ini bisa sangat berbahaya. Mengelupas luka tanpa pengawasan medis bisa merusak kulit sehat di bawahnya dan menyebabkan luka baru.
“Dibuka, tapi harus orang medis yang buka, harus dengan cara tertentu. Jadi, jangan sampai kulitnya yang bawah yang sehat itu ikut terbuka. Nanti kan membuat luka baru jadinya begitu,” tegas dr. Heri.
Tindakan mengelupas luka tanpa pengawasan tenaga medis dapat memperlambat proses penyembuhan, menimbulkan perdarahan, bahkan meninggalkan bekas luka permanen. Oleh karena itu, bila kerak sudah tampak menghitam atau keras, sebaiknya dikonsultasikan kepada tenaga kesehatan agar dapat dibersihkan dengan cara yang aman.
Tips untuk Merawat Luka yang Gatal
- Hindari menggaruk atau mengelupas luka tanpa bantuan medis.
- Perhatikan lokasi gatal: Jika gatal hanya terasa di dalam luka, itu wajar. Jika di pinggir luka, perlu dipertimbangkan kemungkinan iritasi.
- Jangan merendam luka dalam air garam, karena bisa mengganggu kelembapan dan proses penyembuhan.
- Gunakan obat sesuai anjuran dokter jika rasa gatal terlalu mengganggu.
Dengan memahami proses penyembuhan dan menghindari kesalahan umum, kita dapat membantu luka sembuh lebih cepat dan aman.

Tinggalkan Balasan