News  

Belajar dari Tetangga: Pelatihan Pengelolaan Kampung Wisata di Kelurahan Panembahan

Dari kiri Ketua Panita Penyelenggarara Sunu Raharjo saat menyampaikan laporannya, Lurah Panembahan RM. Murti Buntoro dan tiga pemateri dakam giat Pelatihan Pengelolaan Kampung Wisata di Kelurahan Panembahan. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews — Bicara potensi wisata di wilayah Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta wilayah yang merupakan bagian dari Sirip Sumbu Filosofi dan sebagai wilayah yang bersentuhan langsung dengan keberadaan Kraton Yogyakarta ini bisa dikatakan cukup lengkap

Wilayah Kelurahan Panembahan yang terbagi dari beberapa kampung yang dahulunya merupakan hunian komunitas abdi dalem kraton ini sangat kaya dengan seni dan budaya, tempat-tempat heritage, serta berbagai macam kuliner khasnya.

Hal ini apabila dieksplorasi dan dikelola dengan baik tentu tidak kalah menariknya dengan wilayah atau daerah lain yang hanya mengandalkan wisata alam untuk pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) guna meningkatkan kesejahteraan melalui pariwisata.

Oleh karena itu, Pemerintah Kelurahan Panembahan melalui Kampung Langenastran menyelenggarakan Pelatihan Pengelolaan Kampung Wisata, bertempat di Pendopo Mandira Loka Kelurahan Panembahan, Jalan Langenastran Lor, Yogyakarta, Minggu (10/11/2024).

Kegiatan ini menghadirkan narasumber atau pemateri Ketua Pokdarwis Panembahan Gumregah/ Anggota Tim Ahli GIPI DIY Dr. Y. Sri Susilo, SE., M. Si, Ketua Kampung Wisata Langenastran Ardiyanto Setyojati, S.Kom, Ketua Pokdarwis Kelurahan Patehan Antonius Sasangko Wahyu Kusumo, S.Sn.

Giat pelatihan ini dihadiri oleh Lurah Panembahan RM. Murti Buntoro, SH, MPI; Ketua LPMK Kelurahan Panembahan Hj. Sri Herawati, SH, M.Si; Ketua RKB Kelurahan Panembahan Heryanto, S.Sn;Ketua Kampung se-Kelurahan Panembahan, pelaku wisata dan beberapa perwakilan tokoh masyarakat setempat.

Ketua Panitia Pelaksana sekaligus Ketua Kampung Langenastran Sunu Raharjo dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Ketua LPMK Kelurahan Panembahan dan Ketua Pokdarwis Panembahan Gumregah beserta jajarannya.

Juga kepada Lurah Panembahan dan jajarannya sehingga dalam usulan program non phisik berupa pelatihan pengelolaan kampung wisata dalam musrembang tahun lalu telah disetujui dan dapat diselenggarakan pada hari ini.

“Harapannya kegiatan ini dapat menambah wawasan bagi kita semua, khususnya dalam pengelolaan potensi kampung wisata di wilayah Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Yogyakarta” ucap Sunu Raharjo.

Selanjutnya, Ketua LPMK Kelurahan Sri Herawati menambahkan, bahwa program pelatihan pengelolaan kampung wisata ini diajukan oleh Kampung Langenastran pada musrembang kelurahan pada akhir tahun 2023. Menurutnya, dengan kegiatan ini diharapkan Kampung Wisata Langenastran segera dapat dibentuk secara resmi.

“Kegiatan ini dan terbentuknya Kampung Wisata Langenastran juga dapat menjadi pemantik bagi Pokdarwis Panembahan Grumegah untuk menggiatkan kampung-kampung wisata lainnya di wilayah Kelurahan Panembahan,” harap Ketua LPMK yang dijabat oleh wanita, satu-satunya di Kota Yogyakarta.

Hal senada juga disampaikan oleh Lurah Panembahan, bahwa program pengelolaan kampung wisata ini dapat dicentelkan dalam musrembang oleh LPMK sebab potensi-potensi budaya yang dapat dikaitkan dengan pariwisata ini cukup banyak di wilayah Kelurahan Panembahan.

“Kegiatan seperti ini dan berkelanjutannya sebagai pengampu wilayah akan selalu menyengkuyung (mendukung) dan menjadikan greget atau semangat pembentukan kampung-kampung wisata lainnya sebagai wadahnya. Pasalnya saya sangat meyakini potensi budaya yang ada luar biasa,” ujar RM. Murti.

Suasana pelatihan pengelolaan Kampung Wisata di Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Yogyakarta. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Sementara itu, sebagai pemateri pertama Y. Sri Susilo dalam paparannya yang diberi tema “Kampung Wisata: Belajar dari Tetangga”. Dosen FEB UAJY yang hobi gowes ini mengungkapkan kenapa belajar dari tetangga? Yakni berlajar dari Kampung Wisata (Kamwis) Kadipaten dan Kamwis Patehan.

“Kamwis Kadipaten selain keberadaan Taman Sari, telah berhasil ‘menjual’ mewiru jarik dan mengenakan busana adat Jawa, serta proses membuat makanan tradisional. Kamwis Patehan menyajikan minum teh dan snack pendamping, serta belajar dan praktik membatik,” jelas Y. Sri Susilo, yang juga Pengurus KADIN DIY.

Menurutnya, apa yang telah dilihat sehari-hari di lingkungan adalah hal yang dianggap biasa-biasa saja namun bagi orang lain atau wisatawan merupakan sesuatu yang menarik. “Hal itu sebagaimana yang dilakukan oleh teman-teman baik Kamwis Kadipaten maupun Kamwis Patehan,” ujar Susilo.

Pihaknya juga berharap, bersamaan dengan terbuntuknya Kampung Wisata Langenastran di mana telah mempunyai satu andalan berupa “Jemparingan”, kampung-kampung yang lainnya untuk bersama-sama membentuk Kampung Wisata.

Pemateri ke-dua oleh Ardiyanto Setyojati yang memaparkan pengalamannya dalam mengelola media sosial dan IT terkait pariwisata di sebuah kabupaten di Jawa Barat. Ia mengemukakan, bahwa keterlibatannya diawali dari akun media sosialnya yang selalu mengekspos pariwisata sehingga pengikutnya (folowers) menembuh angka puluhan ribu.

“Bahwa Sistem Pariwisata itu terdiri dari Wisatawan, Tranportasi, Akomodasi Penginapan, Makan Minum, Destinasi Daya Tarik Wisata, Kesenian/ Hiburan, Oleh-oleh/ Cinderamata, Kenangan, dan kembali pada Wisatawan,” beber Ardi.

Dalam pengelolaanya, lanjut Ardi, bertumpu pada 3A plus Pentahelix (ABCGM). Yaitu Aksesbilitas (Pendukung Transportasi), Amenitas (Fasilitas) dan Aktrasi. “Adapun pentahelix, yang meliputi dukungan dari Akademisi, Bisnis atau Investor, Comunity atau Komunitas, Goverment, dan Media massa,” ujarnya.

Selanjutnya Antonius Sasangko Wahyu Kusumo selaku pemateri ke-tiga memaparkan “Pengembangan Pariwisata Berbasis Wilayah”. Menurut Koko sapaan akrab Ketua Pokdarwis Kelurahan Patehan, bahwa wilayah Kelurahan Patehan telah melakukan sinergi dan kolaborasi dengan Pokdarwis Kadipaten.

“Selain secara kewilayahan sangat dekat, keduanya juga diuntungkan dengan keberadaan Tamansari dan Pasar Ngasem. Kamwis Patehan sendiri mempunyai keunggulan dalam penyajian atau tata cara minum teh dalam kemasan adat Jawa dan Kraton pada khususnya, yang belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, yang tentunya disertai dengan narasinya,” ungkap Koko.

Saat bernasnews bertanya, tentang tips-tipsnya dalam pengelolaan Kampung Wisata Patehan selama ini sehingga berhasil dan sukses dalam menjual paket-paket wisata berdasar kearifan lokal yang dimilikinya. Ia pun mengatakan, bahwa yang pertama adalah peran dari pengampu wilayahnya dari Ketua Kampung, Ketua RW dan Ketua RT setempat.

“Juga warga terkait pemberdayaan SDMnya sebagai pengelola, kemudian konsistensi dalam pelayanan yang senantiasa siap sebab kita tidak tahu kapan wisatawan itu ingin berkunjung. Untuk dikenal dan menjadi terkenal itu melalui tahapan proses,” ujarnya. (ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *