bernasnews — Vembri Astuti (42 tahun), seorang janda dengan empat anak tak kuasa menutupi rasa harunya, berlinang air mata saat menerima rumah gratis dari Organisasi Pemuda Shiddiqiyyah (Opshid) Kabupaten Bantul.
Ia tampak menangis saat dipanggil untuk menerima kunci rumah kemudian membuka pintu rumah, dari Ketua Opshid Bantul Sri Karomah Hidayah, dalam acara serah terima rumah di Dusun Pondok, RT 08, Kecamatan Srandakan, Bantul, Minggu (3/11/2024).
“Syukur alhamdulillah, saya tak bisa berkata apa-apa. Adanya hanya terima kasih kepada Shiddiqiyyah yang telah membuatkan rumah gratis. Semoga Shiddiqiyyah bertambah besar, besar lagi,” tutur Vembri sambil menyeka air matanya.
Vembri menceriterakan selama ini, ia bersama suami dan keempat anaknya numpang tinggal di rumah pamannya. Karena rumah orangtuanya sudah lama dijual. Sebetulnya suaminya yang bekerja sebagai sopir truk lintas Sumatera sudah berniat membangun rumah sederhana bermodal uang Rp 40 juta.
Namun suaminya meninggal terkena Covid di Sumatera saat awal pandemi Covid 4 tahun lalu. Di luar dugaan biaya pengiriman jenasah sampai ke Bantul Rp 35 jutaan. Pupuslah sudah mimpi keluarga ini untuk memiliki rumah sendiri. “Saya nggak pernah menyangka akan dapat rumah gratis. Seperti mimpi, mimpi yang jadi kenyataan,” imbuh Vembri, yang kesehariannya bekerja membuat kue jajanan pasar.
Rumah Syukur Layak Huni Shiddiqiyyah dibangun Opshid Bantul dalam rangka mensyukuri Hari Sumpah Pemuda dan lahirnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ke-96.
Menurut Korwil 11 Dhibra (Dhilal Berkat Rahmat Allah) Shiddiqiyyah, Syahrudin Nugroho Hadi yang hadir di acara serahterima, tahun ini Opshid FKYME total membangun 83 unit Rumah Syukur Tasyakuran Sumpah Pemuda dan lahirnya lagu kebangsaan Indonesia Raya ke-96. Melampaui pencapaian tahun lalu yang membangun 66 unit.
“Empat di antaranya di DIY, yakni Bantul, Sleman, Gunungkidul dan kota Yogyakarta,” ujar Udin, sapaan akrab Syahrudin.
Selain membangun rumah syukur TSP 96, tahun ini Shiddiqiyyah juga membangun 130 unit Rumah Syukur Kemerdekaan Indonesia Layak Huni Shiddiqiyyah yang diberikan secara gratis untuk warga tak mampu. “Terkait santunan nasional rumah syukur perlu digarisbawahi bahwa dari Shiddiqiyyah tidak memberi tapi hanya menyampaikan apa yang jadi haknya kaum dhuafa,” ungkap dia.
“Jika kita tidak peduli pada kaum dhuafa maka kita termasuk kaum pendusta agama,” pungkas Udin.
Selain serahterima rumah syukur juga diserahkan santunan untuk anak-anak yatim, dua di antaranya anaknya Vembri yang masih sekolah SD dan TK. (ted/ Roso, Panbers)