bernasnews — Setelah pameran Babad Diponegoro yang pertama pada 2019 lalu, Jogja Gallery dan Patrapadi bersama Departemen Sejarah UGM dan Jurusan Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta menggelar pameran yang kedua.
Pameran ini rencananya akan dibuka dan dihadiri oleh Hashim Djojohadikusumo dan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Berbagai agenda pendukung seperti diskusi dan lainnya akan diadakan selama pameran berlangsung antara 15 Oktober – 3 November 2024. Diikuti oleh 39 perupa ternama Indonesia yang telah malang melintang di berbagai pameran nasional dan internasional.
Pameran Sastra Rupa #2 Babad Diponegoro ini mengambil inspirasi dari salah satu naskah penting dari Kraton Yogyakarta berjudul ‘Babad Ngayogyakarta HB IV dumugi HB V’. Kitab yang bernilai sejarah tinggi ini ditulis oleh seorang pujangga atas perintah dari Sultan Hamengku Buwono VI, kemudian disalin kembali pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VII.
Sebagian besar dari pupuh pupuh naskah atau babad tersebut menggambarkan tentang Perang Jawa dan kisah perjuangan Pangeran Diponegoro yang dijuluki sebagai ‘Satrio Pinandhito’. Julukan ini menjukkan bahwa historiografi Kraton tentang Diponegoro tidak menempatkan tokoh ini sebagai sosok antagonis vis a vis dengan Kraton, sebaliknya tindakan dan budi-pekertinya menjadi model dan panutan.
Nukilan dari pupuh-pupuh yang menggambarkan tentang Pangeran Diponegoro ini dipecah ke dalam 39 narasi yang diberikan kepada setiap pelukis untuk divisualisasikan sesuai interpretasi dan gaya pelukis-pelukisnya.
Hasilnya, Anda dapat melihat lukisan-lukisan yang disajikan bukanlah sepenuhnya ‘dokumentasi’ atau ilustrasi peristiwa atau lukisan sejarah an sich.
Lukisan-lukisan para pelukis ini berfungsi ganda, yakni sebagai bentuk ekspresi simbolik individual, sekaligus memiliki dimensi atau ilustrasi realitas sejarah. Lukisan-lukisan ini berfungsi sebagai ‘medium antara’ yang tidak dibatasi oleh kepentingan bidang studi sejarah, tetapi juga kepentingan seni itu sendiri.
Pameran yang didasari dari dunia literasi ini menuju satu tujuan, yakni mengupayakan nilai-nilai sejarah dan kearifan Diponegoro agar terus tertanam dan semakin banyak yang memahami perannya. Setidaknya pameran ini memberi ruang temu dan telaah lebih lanjut terkait masyarakat masa lalu yang dihidupkan oleh masyarakat hari ini. (*/ ted)