bernasnews – Artotel Suite Bianti Yogyakarta kembali menghadirkan pameran tunggal dari seniman Ageng Marhaendika. Hal ini menjadi bentuk komitmennya dalam memberikan ruang kepada seniman lokal untuk dapat memamerkan karya di Space Art hotelnya.
Mengusung tajuk ‘Rekonstruksi Diri’, pameran ini menghadirkan 6 karya apik. Para pengunjung diajak untuk melihat dunia melalui kacamata para seniman dan memahami makna di balik setiap karya.
Pameran itu berlangsung pada 11 Oktober 2024 – 10 Januari 2025 di lobi hotel ARTOTEL Suites Bianti – Yogyakarta.
Karya-karya goresan kanvas Ageng Marhaendika membawa pengunjung untuk mengenal konsep Kintsugi, sebuah filosofi asal Jepang yang mengakui keindahan dan kerusakan merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan. Warna-warna kontras dengan garis tajam menjadi ciri khas pria asal Pekalongan itu yang mengilustrasikan proses transformasi dari puing-puing kerusakan menjadi suatu keindahan.
“Filosofi Kintsugi yang disampaikan ini melalui salah satu karya Terbakar Lalu Tumbuh. Ini menyampaikan pesan bahwa kegagalan adalah sebuah peluang untuk tumbuh dan berevolusi, ” kata Ageng, Sabtu (12/10/2024).
Melalui karya-karyanya itu, Ageng mengatakan para penonton diajak untuk merenungkan arti keindahan, dimana kerapkali dunia mengejar sifat obsesif terhadap kesempurnaan visual.
“Kita dapat mengimplementasikan Kintsugi dalam kehidupan sehari-hari, dimana kita belajar menerima diri apa adanya. Melihat bahwa kegagalan dan kekurangan sebagai bagian penting menuju kedewasaan dan penerimaan diri,” ujarnya.
Sementara General Manager ARTOTEL Suites Bianti – Yogyakarta, Imant Setiawan menambahkan, sudah menjadi kewajiban semua elemen untuk mengapresiasi karya-karya dari seniman Indonesia. Tidak hanya secara visual sedap dipandang, tapi ada esensi yang bisa menjadi fundamental dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
“Pameran seni di ARTSPACE menunjukkan peran ARTOTEL Suites Bianti – Yogyakarta sebagai wadah dalam aktivitas seni. Seniman dapat berinteraksi secara langsung dengan penikmat maupun sesama seniman lainnya, sehingga menciptakan ekosistem Art itu sendiri, ” tandasnya. (lan)