bernasnews — Sebagai upaya melestarikan dan menjaga atau nguri-uri budaya Jawa yang adiluhung, Taman Baca Masyarakat (TBM) Wijaya Kusuma Ngemplak menyelenggarakan kegiatan pelatihan menulis Cerita Cekak (cerkak) atau cerita pendek dalam bahasa Jawa, bertempat di Disawa Pawon, Sawahan Lor, Ngemplak, Wedomartani, Sleman, Kamis (10/10/2024).
Kegiatan ini diikuti oleh 20 lebih peserta yang diantaranya adalah pemerhati budaya Jawa dan masyarakat umum, dengan menghadirkan pemateri atau narasumber Budi Sarjono, seorang sastrawan dan novelis sastra Jawa.
Ketua Penyelenggaraan sekaligus Ketua TBM Wijaya Kusuma Hastuti Setyaningrum mengatakan, bahwa TBM Wijaya Kusuma berdiri sejak 1 Maret 2009 dan mendapat pengukuhan kampung literasi pada tahun 2018, merupakan kampung literasi pertama di Kabupaten Sleman dan DIY.
Lanjut Hastuti menerangkan, untuk kegiatan Pelatihan Menulis Cerkak ini adalah program kegiatan dari TBM Wijayakusuma yang didanai oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui pengajuan proposal kegiatan.
“Harapannya setelah pelatihan peserta bisa menulis Cerkak dengan baik dan nantinya akan dibentuk sebuah komunitas budaya. Dan pada pelatihan kali ini diharapkan setiap peserta membuat Cerkak yang akan dibukukan,” ujar dia.
Sastrawan dan novelis Budi Sarjono dalam penyampaian materi tentang pelatihan menulis Cerkak menjelaskan, cerita cekak atau Cerkak merupakan tulisan yang pendek kurang lebih 700 kata. Oleh sebab itu pemilihan tema, judul dan paragraf awal atau pembuka harus menarik minat pembaca untuk terus membaca sampai akhir cerita.
Menurut Budi Sarjono, dibutuhkan kejelian dan survei yang matang bagi penulis untuk menyajikan tulisan selalu menarik. Sebenarnya banyak peristiwa sehari – hari baik dil ingkungan tempat tinggal, linkungan kerja, komunitas sosial yang bisa menjadikan bahan tukisan yang menarik.
“Namun ada beberapa hal yang sebaiknya diketahui oleh para penulis ketika akan membuat suatu tulisan atau Cerkak. Pertama harus ada ide atau gagasan. Mempunyai plot atau alur rangkaian cerita. Selanjutnya harus ada tokoh atau parogo. Dalam penentuan tokoh untuk tulisan cerkak tidak boleh banyak bayak cukup dua atau tiga,” beber Budi.
“Yang penting adalah penentuan karakter tokoh tersebut untuk menciptakan konflik. Dalam sebuah cerita sebaiknya ada pesan moral yang disampaikan untuk pembaca. Namun pesan tersebut tidak boleh menggurui,” imbuhnya.
Kata Budi Sarjono, yang tidak kalah penting adalah penutup untuk mengakhiri cerita. Penutup cerita bisa diakhiri dengan bahagia, sedih atau terbuka. Artinya terbuka pembaca bisa menafsirkan sendiri atau menjadi sebuah pertanyaan yang menimbul banyak permasalahan baru di akhir cerkak.
“Namun pada prinsipnya penulis harus terus belajar tentang kata dialek dan kesukuan. Pasalnya bahasa Jawa itu rumit, penulisan dan pengucapan bisa beda, satu kata beda lokasi daerah bisa jadi artinya berbeda. Teruslah belajar untuk menjadi penulis handal,” pungkas Budi Sarjono. (nun/ Kusnadi, Berbah)