bernasnews — Kekinian bertumbuhan resto-resto maupun kafe yang didirikan atau dibangun di antara hamparan persawahan di pedesaan. Selain menawarkan sajian kuliner berupa makanan dan minuman andalannya juga suasana serta view pemandangan hamparan semata.
Dalam melakukan upaya branding dan promosi, utamanya melalui media sosial (medsos) dalam bentuk foto-foto dan video yang ditampilkan oleh kreator hanya sebatas menu dan suasana resto yang seakan-akan seragam atau serupa antara resto satu dengan resto lainnya.
Sebenarnya media promosi terutama dalam bentuk video jauh akan lebih menarik apabila di dalamnya juga ada sentuhan dari kearifan lokal yang ada di sekitar keberadaan resto. Misal tentang budaya tradisi setempat seperti tradisi mengawali musim tanam dan musim panen.
Untuk memulai musim tanam padi, para petani pun akan menggarap tanah sawahnya saat awal-awal musim penghujan. Kegiatan dalam menggarap tanah ini juga disertai dengan adanya sekumpulan burung kuntul, yang menambah keindahan pemandangan.
Momen hadirnya sekumpulan burung kuntul berwana putih inilah yang dapat menambah daya tarik wisata (warga kota/ wisatawan manca), yang tentunya juga disertai narasi atau story telling menarik terkait kerifan lokal.
Burung kuntul (Egretta garzetta) hidupnya bergerombol, berbulu putih dan berleher panjang, serta mempunyai kaki panjang berwarna hitam gelap. Paruh runcingnya terlihat cekatan mematok mangsa dalam air, sembari kakinya terus melangkah matanya kembali awas mencari mangsa lainnya.
Tidak sedikit diantara mereka yang terlihat berebut makanan. Ada yang terbang-terbang kecil seperti sedang melemaskan sayapnya, ada pula yang terbang mengitari sawah kemudian kembali ke gerombolan. Sungguh menarik dan indah dipandang mata, menjadi sebuah keasyikan jika memandang tingkah lucu sekumpulan burung kuntul sembari menikmati kopi.
Burung kuntul merupakan burung pemangsa yang mempunyai peran penting dalam rantai makanan. Untuk itu keberadaanya sangat penting sebagai salah satu komponen keseimbangan lingkungan. Jika hilang, maka dapat mengganggu kestabilan ekosistem.
Juga unik, mereka bisa makan sepanjang hari, seolah tidak kenal kenyang. Perannya bisa sebagai kontrol populasi jenis mangsanya. Dengan begitu dapat dijadikan bio indikator lingkungan sekitar mereka. Faktor terbesar yang menjadi ancaman keberadaan burung kuntul yaitu perburuan, pemakaian pestisida yang berlebihan, serta adanya alih fungsi lahan.
Menurut sumber, burung yang masuk dalam ordo Ciconiiformers dan famili Ardeidae ini tersebar di seluruh belahan dunia seperti Eropa, Australasia, Afrika, Asia, begitu juga Indonesia. Diantaranya seperti Jawa, Sumatra, Bali dan Kalimantan. Dari 24 spesies famili Ardeidae setengah diantaranya merupakan burung yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. (ted)