Ibarat Makan Sayur Tampa Sambal, Wisata Ke Borobudur Gak Sekalian Ke Candi Mendut

Tampak depan Candi Mendut, yang berlokasi di Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews – Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon keterkaitan ketiga candi ini terwujud dengan tata letaknya yang seakan-akan lurus dalam sumbu imajiner. Akan tetapi dalam prosesi Waisak, Candi Pawon tidak dilewati meskipun letaknya cukup dan terlihat dari jalan raya yang menghubungkan Candi Mendut- Candi Borobudur.

Jadi sungguh sangat disayangkan apabila berwisata ke Candi Borobudur namun khusus Candi Mendut dilewatkan juga untuk dikunjungi, bisa dikatakan ada sesuatu yang kurang atau diibaratkan makan sayur kurang sambal. Candi Mendut terletak di Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jarak berkisar 38 km ke arah barat laut dari Kota Jogja dan 3 km dari Candi Borobudur.

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, seperti halnya Candi Borobudur, lingkungan geografis Candi Mendut dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur, Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan Pegunungan Menoreh di sebelah Selatan. Juga terletak di antara Sungai Progo dan Elo. Candi Mendut didirikan di lahan datar yang terletak di sebelah barat Jalan Negara dan di antara pemukiman penduduk.

Sejarah Candi Mendut

Candi Mendut pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836. Saat itu dalam keadaan runtuh dan tertimbun tanah dan ditumbuhi semak belukar. Seluruh bangunan candi dapat diketemukan kecuali bagian atapnya. Survey yang lengkap terhadap Candi Mendut beserta lingkungannya dilakukan untuk pertama kalinya pada akhir abad ke-19 oleh  B. Kersjes and C. den Hamer.

Sekolompok wisatawan dari mancanegara sedang melaksanakan ritual agama dengan keliling memutari Candi Mendut. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Pada tahun 1897-1904 dilakukan usaha penggalian dan pemugaran dan perbaikan perdana oleh pemerintah Hinda Belanda. Pemugaran tersebut berhasil membangun bagian kaki dan tubuh candi. Pada tahun 1908 T. van Erp melanjutkan perbaikan Candi Mendut bersamaan dengan perbaikan Candi Borobudur, akan tetapi perbaikan tersebut belum selesai karena atapnya belum dapat dipasang. Perbaikan selanjutnya dilakukan pada tahun 1925, yang menghasilkan beberapa stupa kecil dapat dipasangkan kembali pada atap candi.

Candi Mendut merujuk pada nama diketemukannya candi yakni desa Mendut. Merupakan candi bercorak keagamaan Buddha Mahayana, yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Prasasi dari Desa Karang Tengah yang berangka tahun 824 Masehi menyebutkan, bahwa Raja Indra membangun bangunan suci bernama çrimad venuvana yang berarti bangunan suci di hutan bambu. Menurut J.G. de Casparis, ahli arkeologi dari Belanda kata ini dihubungkan dengan pendirian Candi Mendut.

Bangunan dan Relief Candi

Candi Mendut terbuat dari batu andesit pada bagian luar dan bata pada bagian dalam bangunan (tidak terlihat). Candi Mendut menghadap ke barat laut, berlawanan dengan Candi Borobudur yang menghadap ke Timur. Denah candi berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 33,80 m x lebar 25 m dan tinggi bangunan 18,95 m.

Tinggi batur (bagian kaki candi) setinggi 3,7 m dan terdapat tangga masuk yang terdiri dari  14 anak tangga. Bangunan candi berbilik satu, dengan tangga di sisi Barat Laut. Di atas kaki candi terdapat langkan setinggi 1 m dan selasar selebar 2,48 m. Bangunan candi secara arsitektural dibagi menjadi 3 bagian yaitu kaki, tubuh, dan atap. 

Pangkal pipi tangga dihiasi makara, yaitu bentuk kepala naga  berbelalai gajah yang mulutnya sedang terbuka lebar. Makara ini berjumlah 2 buah, sepasang kanan dan kiri. Di dalam mulut naga terdapat seekor singa, serta terdapat panil berbentuk makhluk kerdil (Gana).

Kumpulan puing-puing relief dan arca bagian dari Candi Mendut yang belum direkronstruksi. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Di dalam bilik candi terdapat tiga arca Buddha yang berukuran besar, yaitu arca Cakyamuni dengan posisi duduk bersila bersikap sedang melakukan khotbah, arca Avalokitesvara sebagai bodhisattva penolong manusia, dan arca Maitreya sebagai Bodhisatva pembebas manusia kelak di kemudian hari.

Hiasan relief-relief pada Candi Mendut merupakan cerita berupa ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. Terdapat 31 buah panel yang memuat relief cerita pada bagian dasar tubuh candi, di antaranya relief cerita ‘Brahmana dan Kepiting’, ‘Angsa dan Kura-Kura’, ‘Dua Burung Betet yang berbeda’ dan ‘Dharmabuddhi dan Dustabuddhi’.

Sementara itu, sebagai candi yang bercorak Buddha salah satu ciri khasnya adalah adanya bangunan stupa. Candi Mendut terdapat stupa yang berjumlah 48 buah, terdiri dari 24 buah pada tingkat pertama, 16 buah pada tingkat kedua, dan 8 buah pada bagian teratas.

Hingga kini bagian atap candi ini tidak sempurna seluruhnya. Terdapat pula bentuk-bentuk stupa memanjang ke atas seperti silinder. Namun stupa-stupa ini masih direkonstruksi di sebelah utara Candi Mendut dan belum dapat dipasang pada candi. (ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *