bernasnews — Setiap daerah di Indonesia masing-masing mempunyai tradisi, seni, budaya dan kearifan lokal. Salah satunya adalah wayang kulit, merupakan seni dan budaya yang berkembang di Jawa Tengah, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta.
Beberapa referensi menyatakan bahwa wayang kulit bukan sekadar pertunjukan, wayang kulit dahulu merupakan media permenungan menuju roh spiritual para dewa. Pada saat ini pertunjukan wayang kulit menjadikan media untuk menyampaikan informasi yang cukup efektif di kalangan masyarakat di Jawa, termasuk Yogyakarta.
Gelaran wayang kulit perlu dilestarikan agar generasi saat ini juga mengenal wayang kulit. Hal itu seperti yang dilakukan oleh Anggota DPRD DIY RB Dwi Wahyu Budiantoro, S.Pd,. M.Si yang menginisiasi pergelaran wayang kulit di Kampung Gamelan, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta, Jumat malam (30/8/2024).
Pergelaran tersebut bekerjasama dengan Sanggar Seni “Sekar Arum”, Sanggar Seni Pertunjukan, Sendangsari, Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY. Dalang Ki Restu Wijayadi, dengan lakon “Watu Gunung”.
Hadir dalam gelaran tersebut lebih dari 300 orang, warga Kampung Gamelan dan sekitarnya. Di samping RB Dwi Wahyu Budiantoro juga tampak hadir Wakil Ketua KADIN DIY Wawan Harmawan, sejumlah tokoh masyarakat dan Pengurus Pokdarwis ‘Panembahan Semarak’, antara lain Y. Sri Susilo, “Bento” Suharyanto, M. Dwi Pramono serta Pengurus RT/ RW, Aparat Polsek Kraton dan Koramil Kraton, Kota Yogyakarta.
Dalam sambutan singkatnya, RB Dwi Wahyu Budiantoro mengatakan, bahwa pergelaran wayang kulit mala mini merupakan upaya untuk melestarikan atau nguri-nguri seni tradisional. Menurut Dwi, generasi milenial dan generasi Z harus juga mengenal seni dan budaya lokal, termasuk wayang kulit.
“Dengan menonton pergelaran wayang kulit maka akan diperoleh filosofi dan ajaran tentang kejujuran, keberanian, serta ajaran yang baik lainnya,” ujar Duwek, sapaan akrab RB Dwi Wahyu Budiantoro.
“Untuk diketahui, Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan wayang kulit sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia,” tandas Anggota DPRD DIY, yang humble dan suka bicara ceplas ceplos itu.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Wawan Harmawan, dengan pergelaran wayang malam kulit malam ini, ia berharap apresiasi generasi muda terhadap seni wayang kulit semakin meningkat. Menurut Wawan, gelar seni wayang kulit harus diselenggarakan secara rutin agar tetap lestari.
“Di wilayah perdesaan pergelaran wayang kulit akan diikuti dengan aktivitas pasar malam mini. Dengan demikian pergelaran tersebut dapat berdampak ekonomi, khususnya bagi pedagang mikro dan kecil,” ungkap Wawan Harmawan, yang juga sebagai Bendahara KONI DIY.
Ia juga memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Mas Dwi Wahyu, yang telah menginisisi pergelaran wayang kulit ini. Apresiasi juga diberikan kepada warga Kampung Gamelan dan sekitarnya yang bersedia menikmati pergelaran wayang kulit, dengan nyaman.
“Sungguh menggembirakan karena cukup banyak anak muda yang nonton dan menikmati wayang kulit malam ini,” ungkap Wawan Harmawan yang juga bakal calon Wakil Walikota Yogyakarta berpasangan dengan dr. Hasto Wardoyo, mantan Kepala BKKBN juga mantan Bupati Kulon Progo. (ted)