bernasnews — Setiap bulan Mulud dalam sistem kalender penanggalan Jawa, di mana untuk tahun ini berdasar kalender Masehi jatuh pada bulan September 2024, telah menjadi tradisi bagi Keraton Yogyakarta akan menggelar hajatan dalem berupa upacara Sekaten untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.
Dikutip dari buku Ensiklopedi Kraton Yogyakarta, Cetakan Kedua 2014 yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaa (Kundha Kabudayan) DIY, upacara Sekaten diselenggarakan di Masjid Besar, Yogyakarta menggunakan Gamelan Sekaten yang juga sering disebut gamelan Kyai Sekati.
Gamelan Kyai Sekati kagungan ndalem (milik kraton) terdiri dari dua perangkat gamelan laras pelog, masing-masing bernama Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga. Upacara Sekaten dilaksanakan selama satu minggu, mulai tanggal 5 Mulud (Rabingulawal) hingga tanggal 11 Mulud, kemudian keesok harinya, tanggal 12 Mulud dilanjutkan dengan upaca Garebeg.
Lantas bagaimana dengan gelaran pasar malam atau pasar rakyat yang mengiringi upacara Sekaten sehingga masih banyak warga masyarakat yang mempertanyakan keberadaannya, yang biasanya bersamaan digelar di lapangan Alun-alun Lor, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bahkan menganggap upacara Sekaten merupakan gelaran pasar malam atau pasar rakyat itu sendiri.
Munurut berbagai sumber, keberadaan pasar malam tersebut konon merupakan upaya kolonial penjajah Belanda dalam setretegi memecah perhatian massa yang berkumpul di halaman Masjid Gede, sebagaimana politik yang dijalankan yaitu ‘Devide et Impera’.
Dalam gelaran upacara Sekaten itu, kolonial memasukan unsur bisnis dengan menyelenggarakan Pameran Industri Kerajinan atau de eerste nijverheidstentoonstelling in Yogyakarta, bertempat di Alun-alun Lor Yogyakarta, dari tanggal, 24 sampai 30 September 1925.
Selain pameran produk-produk kerajinan antara lain tenun, batik, anyaman, ukiran kayu, pembuatan gerabah, dan sebagainya. Juga gelaran beberapa wahana permainan seperti komidi putar, dremolen (Belanda, draaimolen) atau biang lala, ombak banyu, dan lain sebagainya.
Kesuksesan Pameran Industri Kerajinan ini kemudian berlanjut menjadi cikal bakal pasar malam. Event tahunan ini berlanjut hingga kedatangan Jepang dan berhenti. Baru pada masa Wali Kota Yogyakarta yang pertama pada 1947, Sultan HB IX merestui kembali usulan penyelenggaraan pasar malam dalam Sekaten.
Namun saat agresi ke II 1948, Belanda menyerang Yogyakarta sebagai ibu kota RI, acara Sekaten terhenti lagi. Kemudian pada tahun 1956, untuk pertama kali diselenggarakan Pasar Malam Internasional Sekaten, untuk memperingati dua abad berdirinya nagari Ngayogyakarta Hadiningrat, pada bulan Oktober 1956.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil Presiden RI Muhammad Hatta bersama Gubernur DIY Sri Sultan HB IX berjalan dari istana kepresidenan Gedung Agung ke Alun-alun Lor Yogyakarta, tempat diselenggarakan Pasar Malam sekaligus upacara Sekaten. Juga peringatan 200 tahun Kota Yogyakarta, yaitu saat pindahnya Sultan HB I dari Pesanggrahan Ambar Ketawang, Gamping, Kabupaten Sleman ke Keraton Yogyakarta, Kota Yogyakarta. (ted)