bernasnews – Momentum Hari Buku 17 Mei 2024 dan HUT ke-44 Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia (RI) pada hari yang sama, kiranya memiliki makna yang istimewa bagi masyarakat umum khususnya kalangan perbukuan, penulis dan perpustakaan.
Hakikat buku dan perpustakaan bukan hanya tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan (sekolah), namun juga kehidupan secara keseluruhan. Mengapa? Karena dua hal itu adalah bagian dari peradaban sebuah bangsa dan Negara. Kata orang bijak, tingkat kemajuan dari suatu Bangsa dan Negara terutama ditentukan dengan perkembangan buku dan minat membaca warga bersangkutan. Bagaimana kenyataan empiris di lapangan, sebaiknya bukan hanya menjadi tanggung jawab perbukuan dan perpustakaan, namun juga kita semua sebagai warga yang mau maju.
Tidak terkecuali bagi penulis, yang memulai kegiatan literasi sebagai penulis remaja di tahun 1970-an dan kemudian memilih profesi sebagai jurnalis hingga kini, oleh karenam itu buku, penerbit buku dan perpustakaan adalah tiga hal yang (harus) diakrabi. Di momentum Hari Buku dan HUT Perpusnas RI 2024 yang dinamika kegiatannya berlangsung selama bulan Mei, penulis menyampaikan terima kasih serta selamat dan sukses.
Terima kasih kepada buku, penerbit buku dan perpustakaan karena perkembangan kompetensi penulis (dan insan pembelajar) antara lain didukung oleh tiga hal itu. Sebagai penulis, saya mencoba menapaki kemampuan berkarya tulis secara urut yakni (senang) membaca buku, (me)resensi buku, dan menulis buku. Kalau dibuatkan rumus adalah : BB (baca buku), RB (resensi buku) dan TB (tulis buku).
Para penulis yang pernah mengirimkan naskahnya ke media dan dimuat, dapat dipastikan akan tergerak untuk berkarya lagi. Mulai dari media internal, media khusus, sampai media umum. Setelah menulis di media massa, ada yang tergerak menulis buku. Penulis pun mencoba ke sana dan suatu ketika naskah saya dapat diterbitkan oleh penerbit buku meski harus melalui proses yang panjang. Proses yang melelahkan, namun berbuah kegembiraan.
Dalam perkembangan sebagai penulis, saya bersyukur selain sering mendapat kiriman buku dari penerbit buku untuk diresensi dan buku saya diterbitkan, pada akhirnya penulis dapat mendirikan lembaga penerbitan buku. Artinya, penulis dapat menerbitkan buku karya sendiri maupun karya orang lain dengan legalitas ISBN (International Standar Book Number) dari Perpusnas RI. Sejak empat tahun ini, lembaga penerbitan penulis mendapat pembelajaran dan dukungan dari Perpusnas RI. Untuk itu, penulis berterima kasih atas perhatian dan bantuan ini.
Dari catatan penulis, selama belajar dan berkarya buku, baik sebagai penulis solo, penulis antologi dan atau sebagai editor buku, paling tidak telah ada 25 penerbit buku yang menerbitkan karya-karya penulis. Ke-25 penebit buku itu adalah : Bentang Offset, Sapto Hoedojo Art Galery, Sebelas Maret University Press, Bigraf Publishing, Yayasan Pustaka Nusatama, Kanisius, Sambaa’S, Adicita, Media Pressindo, PT Muria Baru, BERNAS, Litbang Redaksi BERNAS, LPJB, Grasindo, UPP AMP YKPN, Bimotry, Penerbitan UAJY, Amara Book, Scritto Book Publisher, Lintang Pustaka Utama, Gema Godam Grafika, Pohon Cahaya, Haksoro, Tonggak Pustaka, dan Mitra Mekar Berkarya.
Penulis sungguh bersyukur dan dan berterima kasih. Penerbit lain yang rajin mengirimkan buku untuk diresensi pada masa lalu antara lain Gramedia Pustaka Utama, Yayasan Obor Indonesia, Kanisius, Andi Offset, Bulaksumur Empat.
Buku favorit dan berkesan
Dari buku-buku yang ditertbitkan oleh 25 penerbit itu, ada tiga buku yang menjadi favorit penulis. Pertama, buku bertajuk Mari Cinta Puspa dan Satwa (dan juga Janji Nina pada Diri Sendiri). Kedua buku itu masing-masing memuat lima cerita anak, yang dua di antaranya dijadikan judul buku.
Di awal karier sebagai jurnalis, penulis memang memulai belajar sebagai penulis fiksi. Cerita pendek penulis pertama kali termuat di Surat Kabar Minggu (SKM) Warta Minggu Jakarta tahun 1974. Judul cerpennya adalah Sukesih dan Segelas Air. Kemudian disusul tulisan fiksi lainnya yang dimuat di berbagai media, antara lain Harian Berita Nasional, SKM Yudha Minggu, SKM Minggu Pagi, Majalah Gatotkaca, dan Harian Kompas edisi Minggu.
Nilai lebih dari dua buku kumpulan cerita anak terbitan Kanisius Yogyakarta (1995) itu, Mari Cinta Puspa dan Satwa dan Janji Nina pada Diri Sendiri, disahkan penggunaannya di sekolah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 167/C.C6/Kep/PT/1996 tanggal 9 Juli 1996 selama lima tahun sebagai bacaan resmi di sekolah dasar (SD) seluruh Indonesia.
Buku kedua yang berkesan adalah Seandainya Saya Penulis, yang saya tulis bersama Bambang Arianto (Peneliti Bulaksumur Empat). Buku terbitan Penerbit Bimotry (2015) itu sempat dicetak empat kali di tahun terbitnya yakni bulan April, Juni, Agustus dan September 2015. Setiap penulis dan rekan ceramah tentang kepenulisan, buku itu laris manis dibeli oleh peserta ceramah.
Buku ketiga adalah Wartawan Bertanya, Wartawan Menjawab (Mitra Mekar Berkarya, 2021). Buku setebal 100 halaman ini memuat dua bab yakni Wartawan Bertanya (yang memuat 10 tulisan di media yang berbeda) dan Wartawan Menjawab (yang memuat 12 tulsan di media berbeda).
Sesuai dengan judul dan isian bukunya, materinya menyajikan beberapa contoh hasil wawancara penulis sebagai wartawan dan tulisan tentang penulis yang diwawancarai wartawan di media yang berbeda pula.
Sedangkan buku yang berkesan adalah Di Balik Tugas Kuli Tinta (Sebelas Maret University Press dan Yayasan Pustaka Nusatama, 1994) Buku ini diterbitkan saat penulis menjadi anggota Forum Wartawan Kampus Gadjah Mada (Fortakgama). Kemudian buku Biar Berita Bicara (Penerbitan UAJY, 2001), saat penulis jadi wartawan dan dosen tamu di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Juga buku Wartawan-Wartawan Berkisah (Media Presssindo, 2001), saat penulis menjabat Kepala Litbang Harian BERNAS.
Sebagai pegiat literasi, penulis bersama praktisi media, pendidik dan pustakawan mengelola majalah pendidikan berkala bernama Majalah Literasi Guru (Maligu) yang terbit sejak lima tahun lalu.
Selamat dan sukses untuk perbukuan Indonesia dan Perpusnas RI. (Y.B. Margantoro, Wartawan bernasnews dan Pegiat Literasi)