bernasnews – Ketua Pelaksana Tugas Pengurus PMI Kota Yogyakarta Irjen Pol (Purn) Drs.R.M. Haka Astana, M.W., S.H. mengemukakan, jangan takut menjadi pendonor darah. Untuk pemula, dipersilakan datang ke kantor PMI Kota Yogyakarta. Nantinya para petugas akan melayani dengan baik dan memberikan konsultasi terkait donor darah.
“Donor darah adalah salah satu bentuk ibadah. Satu tetes darah dapat menyambung nyawa seseorang,” kata dia dalam siaran langsung “Ranah Publik” TVRI Stasiun Yogyakarta, di studio II kantor ini, Jumat (17/5/20204).
Selain Haka Astana, juga tampil sebagai narasumber Yustina Dian Mayasari, A.Md.Kes. yang sehari-hari menjadi Teknisi Pelayanan Darah PMI Kota Yogyakarta. Dialog bertajuk Pentingnya Donor Darah bagi Kehidupan Manusia ini dipandu oleh presenter Meta Docang.
Hadir membersamai dua narasumber di studio beberapa pengurus PMI Kota Yogyakarta yakni Kardi, S.H., Drs. Edy Heri Suasana, M.Pd., Arif Noor Hartanto, disertai staf humas, UDD dan lainnya.
Ketersediaan darah
Haka Astana menjelaskan, di PMI Kota Yogyakarta, rata-rata darah yang didistribusikan mencapai angka 4.200 – 4.500 kantong per bulan. Kurang lebih ada 45 instansi yang sudah bekerja sama dengan PMI Kota Yogyakarta dalam hal permintaan darah yang terdiri dari BDRS (Bank Darah Rumah Sakit), RS non BDRS, Dokter Praktik Mandiri, maupun Unit Donor Darah PMI lain.
“Prinsip kami, tidak boleh ada kekosongan darah di PMI. Setiap hari kami cek untuk ketersediaan darah di PMI Kota Yogyakarta, kami berprinsip PMI dimanapun berada tidak boleh menyatakan bahwa stock darah sedang kosong apabila sedang ada yang memerlukan darah. Oleh karena itu kami bekerja sama juga dengan Unit Donor Darah (UDD) kabupaten lain untuk konsolidasi agar stock darah saling melengkapi,” kata dia.
Terkait dengan upaya menghimpun donor darah, Haka juga menjelaskan jumlah Donor Darah Sukarela yang datang ke PMI Kota Yogyakarta mencapai kurang lebih 100 – 150 pendonor per hari, dan semua Donor Darah Sukarela tersebut sudah terdata dalam sistem sehingga dapat diingatkan untuk Donor Darah kembali apabila akan dan sudah memasuki waktu donor yaitu berjarak dua bulan atau 60 hari dari donor sebelumnya.
Disamping itu, PMI Kota Yogyakarta juga selalu meningkatkan kerjasama dengan stakeholder seperti instansi perusahaan, sekolah-sekolah, dan instansi lainnya untuk menggiatkan dan menggelorakan kegiatan donor darah secara kolektif yang disebut mobile unit dalam rangka membantu agar kebutuhan darah selalu tercukupi.
Selain memperhatikan kebutuhan stock darah agar terpenuhi, di PMI Kota Yogyakarta juga melakukan manajemen stock darah agar tidak berlebih. Karena apabila berlebihan dan penyimpanan tidak memadai, maka darah dapat expired atau kadaluarsa, sehingga darah tersebut harus dibuang karena tidak layak untuk ditransfusikan dan berbahaya untuk keselamatan pasien.
Memanage SDM
Menjawab pertanyaan, Haka Astana mengemukakan, yang pertama penting untuk di manage yaitu Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya para teknisi pelayanan darah. Karena UDD PMI Kota Yogyakarta sebagai fasilitas pelayanan kesehatan wajib diakreditasi sehingga harus memenuhi ketentuan dari Kementerian Kesehatan, salah satunya terkait persyaratan tenaga kesehatan.
“Sebagai contoh, yang tadinya petugas penyadap darah itu memiliki background pendidikan D1 Tranfusi Darah, maka menurut ketentuan terbaru wajib untuk memiliki pendidikan D3 Teknologi Bank Darah.
Oleh karena dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut, ada petugas yang kami bantu untuk melanjutkan pendidikan lagi, dan juga kami melakukan rekrutmen sesuai dengan kualifikasi pendidikan yaitu minimal D3 Teknologi Bank Darah,” kata dia.
Kemudian mengenai fasilitas, peralatan yang dipergunakan dalam pelayanan darah perlu untuk dilakukan perawatan dan kalibrasi. Pihaknya menemukan peralatan yang kondisinya cukup mengkhawatirkan di bagian pengolahan darah yaitu alat Refrigerator Centrifuge (RC) yang berfungsi untuk mengolah komponen darah, karena sudah tidak berfungsi normal.
“Di akhir tahun 2023, dengan berbagai upaya, kami bisa membeli alat RC yang baru seharga 1,75 miliyar rupiah. Selain itu, dalam waktu tiga bulan kami juga memenuhi fasilitas penunjang dalam rangka mendukung operasional alat RC tersebut yaitu dengan memasang jaringan listrik tiga fase, karena pengoperasioan alat tersebut memerlukan tegangan yang cukup tinggi, terima kasih kepada PLN yang telah membantu pemasangan listrik tiga fase tersebut,” lanjut Haka.
Masih mengenai fasilitas, pihaknya juga berupaya memenuhi fasilitas yang memang dipersyaratkan dalam regulasi dari Kemenkes. Ada kurang lebih 9 bab standar penilaian dalam akreditasi yang jika dipecah ada banyak item yang perlu kita penuhi. Kurang lebih dalam waktu enam bulan pihaknya mempersiapkan UDD untuk menghadapi akreditasi agar tercipta pelayanan donor dan pelayanan darah yang Aman dan Nyaman, aman dan nyaman bagi pendonor dan aman bagi petugas teknisi pelayanan darah.
Donor darah aman dan nyaman
Pada kesempatan ini, Dian Mayasari menjelaskan bahwa donor darah di PMI Kota Yogyakarta terjamin aman dan nyaman. “Untuk pendonor darah sebelum mendonorkan darah, kami persilahkan untuk melakukan konsultasi dengan dokter teknis kami terkait kiat yang aman dalam melakukan donor darah agar pendonor sendiri tidak takut untuk melakukan donor. Kami juga memberikan sosialisasi terkait apa saja manfaat donor darah bagi pendonor itu sendiri,” kata dia.
Haka Astana menjamin keamanan dan kenyamanan pendonor. Untuk pendonor agar nyaman dan aman, pihaknya sampai memilih kantong darah yang aman dan pendonor juga merasa nyaman. Karena ada beberapa merk kantong darah.
“Kami lakukan uji coba pemakaian kantong kepada pendonor ketika jarum tadi ditusukkan untuk mengambil darah, apakah pendonor merasa kesakitan atau tidak. Karena ada merk yang memang jarumnya tumpul sehingga menyebabkan rasa kurang nyaman ke pendonor. Kebijakan kami, setiap Mobile Unit, minimal ada satu dokter yang ikut bertugas agar dapat menangani apabila terjadi reaksi pasca donor yang gawat atau darurat,” kata Ketua Pelaksana Tugas Pengurus PMI Kota Yogyakarta ini.
Menurut Haka Astana, tingkat kepuasan pendonor di PMI Kota Yogyakarta mencapai 85%. Untuk menjaga hal tersebut dilakukanlah pelayanan prima yang mencakup tiga hal yaitu Attitude, Attention, dan Action. Attitude atau sikap seperti senyum salam dan sapa kepada pendonor maupun kepada yang membutuhkan darah. Kemudian diberikan perhatian, dan juga action langsung. (mar)