News  

Pentas “Calonarang”: Gugah Kearifan Lokal Melalui Seni Teater Modern

Salah satu adegan pementasan teater “Calonarang” di TBY, Kamis (16/5/2024) malam. (Foto : Humas panitia).

bernasnews – Rumah Budaya “Royal House Cultural Activities” menggelar pementasan teater terbarunya, “Calonarang”, di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Kamis (16/5/2024) malam. 

“Jumlah penonton yang hadir memenuhi gedung TBY, kursi penuh, lesehan di depan juga banyak sekali, sepanjang lorong antara kursi juga penuh. Banyak yang berdiri di belakang, sehingga penonton yang datang terlambat ditolak karena tidak dapat masuk ke dalam gedung,” kata sutradara Anastasia kepada bernasnews.  

Sebagai sebuah komunitas budaya yang berkomitmen untuk memelihara dan mempromosikan kearifan lokal, rumah budaya ini telah secara aktif menyelenggarakan berbagai aktivitas seni budaya, termasuk pementasan dan workshop, serta pelatihan berbagai keterampilan seni, seperti Lukis, Batik, Wayang, dan lainnya, secara non-komersial di berbagai wilayah di Indonesia, sejak berdiri pada tanggal 17 Agustus 2020.

Naskah drama yang dipilih untuk dipentaskan kali ini, “Calonarang” karya Oka Swastika Mahendra, merupakan sebuah legenda Nusantara yang sarat dengan nilai-nilai edukasi kearifan lokal, seperti kerukunan, belarasa, dan kasih ibu yang rela berkorban. Pementasan ini antara lain bertujuan Ikut berperan serta secara nyata sebagai pelestari budaya tradisi dengan memadukan penceritaan menggunakan media teater modern.

Pementasan ini menyasar penonton non-komersial, terutama siswa SMA dan SMK yang aktif dalam ekstrakurikuler teater, mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan teater di kampus, serta masyarakat umum.

Pementasan  ini disutradarai  Anastasia,  dan Asisten Sutradara Marco Dinarta yang mencoba menggarap naskah “Calonarang” dengan memadukan pemain senior dan pemula untuk menciptakan sebuah pertunjukan yang mengesankan.

“Calonarang” mengisahkan tentang Dyah Nateng, yang dipinang oleh Mpu Kuturan, namun dendam dan hinaan membuatnya menjadi penyembah Dewi Durga dan bertindak jahat. Raja Airlangga, dengan bantuan Mpu Baradah, berusaha mengalahkannya dengan siasat asmara.

Pementasan ini melibatkan pemain sebanyak 30 orang  dan crew sejumlah 25  orang. Para pemeran dan crew yang terlibat antara lain : Para Gadis: Lisa Sulistyowati, Gwyneth Mandala, Chinta Belafatika, Nafira Kinta, Anggra Wesi, Dhianada.

Kemudian para Ibu: Rina Nikandaru, Siti Amini Munas, Carla Prasasti Dewayani; para Penari: Yoana Riris, Retno, Puri, Saptowati; para Pemuda: Farhan Khumaini, Qaffi, Gunawan Yogo Utomo; para Bapak: Ki Mujar Sangkerta, Jamil AN, Edja SAC, Khamyali, Romo Ithuk, Tony Lin.

Tokoh Muda: Chintya Dharma (Dyah Nateng), Grishelda (Ratna Manggali Kecil), Amat Kartelo (Mpu Kuturan), Bunga Seouli (Ratna Manggali Dewasa), Baku Nindra (Mpu Bahula); Tokoh Tua: Jedink Alexander (Ki Demang), Oka Swastika Mahendra (Mpu Baradah), Anastasia (Calonarang).

Penata setting: MH. Irawan. Property: Ki Mudjar Sangkerta, Musik : Komang, Maria, Deblenk,  Boni,  Vincent,  Riky,  Kecuk.  Lighting: Alexander Deska. Penata Rias: Rina Nikandaru, Padmini, Anggita. kostum: Bambang Nursinggih, dan penata tari Saptowati. Humas: Bambang Haryana. Dokumentasi : Joni Asman, Dewa. (*/mar)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *