bernasnews — Forum Guru Besar dan Doktor (FGBD) Insan Cita menggelar diskusi akhir pekan, dengan tema “Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres 2024”, secara daring, Minggu malam (12/5/2024). Acara dihadiri oleh sejumlah narasumber terkemuka serta lebih dari 250 peserta. Para narasumber tersebut adalah Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., Prof. Mudrajad Kuncoro, PhD., Prof. Didik J. Rachbini, dan Anthony Budiawan.
Salah satu narasumber utama dalam diskusi ini adalah Prof. Edy yang memberikan paparan mendalam dan kritis tentang proyeksi perekonomian Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran. Prof. Edy menyatakan keraguannya terhadap kondisi ekonomi saat ini serta target-target yang telah ditetapkan oleh pasangan tersebut sebelum pemilihan presiden berlangsung.
Dalam paparannya, Prof. Edy menyoroti, meskipun kondisi ekonomi Indonesia dan global tidak menggembirakan, dia memilih untuk tetap skeptis namun optimis. “Kita harus memiliki sikap realistis dalam melihat kondisi ekonomi dan menegaskan bahwa harapan untuk kemajuan ekonomi masih ada jika semua pihak memiliki visi yang sama,”tegas Prof Edy, yang juga Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) ini.
Lebih lanjut, Prof. Edy membahas peran Prabowo Subiyanto sebagai pemimpin pemerintahan yang akan datang, mengaitkannya dengan warisan intelektual dari ayahnya, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo. Pihaknya juga membahas peran Index Capital Output Ratio (ICOR) dalam mengukur efisiensi investasi dan kesulitan pemerintahan baru dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Rektor UWM juga menggali isu-isu seperti kebijakan ekonomi, peringkat ease of doing business, dan upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan. “Reformasi struktural dan kebijakan yang inklusif sangat penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan,” ucap mantan Ketua Forum Rektor Indonesia, dalam rilisnya yang dikirim oleh Humas UWM, Senin (13/5/2024).
Sementara, paparan Prof. Mudrajad menyoroti pertanyaan kritis seputar pelaksanaan janji-janji kampanye, penurunan tingkat kemiskinan, dan ICOR. “Perlu terobosan dalam strategi pembangunan inklusif untuk mengatasi ketimpangan ekonomi di Indonesia,” ungkap dia.
Anthony Budiawan dalam paparannya, mempertanyakan stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya mencapai 5persen. “Fluktuasi aktivitas ekonomi Indonesia di setiap kuartal harus dicermati dan kita harus waspada terhadap manipulasi statistik pertumbuhan ekonomi,” ucap dia.
Dalam paparan terakhir dari Prof. Didik membahas tekanan eksternal yang dihadapi oleh ekonomi Indonesia pasca pilpres 2024. Juga tantangan dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang tidak stabil. “Indonesia masih lemah dalam industri dan tekanan pada APBN. Hal ini menjadi tantangan berat bagi masa pemerintahan pasca-pilpres,”bebernya.
Diskusi ini memberikan wawasan yang mendalam tentang prospek ekonomi Indonesia pasca Pilpres 2024, sambil menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pemerintahan baru. Diharapkan dengan adanya diskusi semacam ini, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk memajukan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik. (*/ nun)