Dalang Termuda FDC UNY 2024, Timoty Haryo Wisanggeni dari SDN Cemara Dua Surakarta

Penampakan dalang cilitk Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro saat memainkan tokoh wayang Werkudoro dalam lakon Dewa Ruci, di gelaran FDC UNY 2024. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Sungguh layak dengan nama yang disandangnya ada unsur nama tokoh wayang Wisanggeni yang terkenal ampuh sakti mandraguna, Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro. Bocil kelas 1 SDN Cemara Dua Surakarta yang ikut dalam Festival Dalang Cilik (FDC) Univeristas Negeri Yogyakarta (UNY) pada 11-15 Mei 2024.

Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro nampak luwes memainkan wayang kulit. Suaranya menggema mantap ke seluruh ruang mengiringi solah (tempo permainan), elemen instrumen musik dan cepengan (memegang/menggerakkan wayang), dengan mengesankan layaknya dalang profesional.

Dalang termuda FDC 2024 ini membawakan judul Dewa Ruci, yang mengisahkan tokoh Wrkudoro saat mencari tirta Perwita Sari di tengah samudera. “Saya suka wayang sejak dulu lantaran gambarnya bagus dan susah kalau mau membuat sendiri,” kata Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro, Senin (13/5/2024).

Putra pasangan dr. Valens Widyo Hapsoro dan Niken Lili tersebut mulai menyukai wayang sejak berusia 3 tahun. Menurut Niken Lili, saat usia tersebut Haryo senang nonton wayang melalui YouTube. “Kami sempat bingung karena keluarga tidak ada keturunan dalang sama sekali,” ungkap dia.

SosokTimoty Haryo Wisanggeni Hapsoro dalang termuda peserta FDC UNY 2024. (Foto: Istimewa)

Sementara dalam karier dalang ciliknya, Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro atau akrab disapa Haryo pernah pentas wayang kulit di Kraton Solo dan Klaten. Juga aktif berlatih mendalang di Sanggar Pamor Sukoharjo.

Pemilik Sanggar Pamor Sukoharjo Tulus Raharjo mengatakan, bahwa di sekitar sanggarnya banyak potensi yang belum terasah, terutama anak-anak kecil. “Timoty Haryo Wisanggeni Hapsoro ini sudah ingin belajar sejak ia belum sekolah,” ucap dia.

Menurut Tulus Raharjo, untuk mendidik anak-anak dalam dunia perdalangan, apabila disamakan dengan yang berusia SMP akan sulit. Oleh karena itu perlu dibimbing dulu. “Yang penting anak tertarik dan senang, apabila sudah tertarik baru diarahkan melalui kelas bersama yang terdiri dari 5 anak kelas 1, 2 dan 3,” ujar dia.

Dengan begitu apabila guru menjelaskan tentang materi pewayangan siswa akan menurut karena melihat teman sekelasnya melakukan hal yang sama. Inilah metode yang dilakukan Tulus Raharjo untuk mendidik anak kecil dalam mendalami dunia pedalangan.

Lebih lanjut Tulus Raharjo mengungkapkan, bahwa dalam membina kebahasaan para dalang cilik usia SD ini digunakan bahasa yang singkat karena tidak bisa disamakan dengan usia di atasnya. “Sekarang ini paling tidak mereka tidak kesulitan dengan Bahasa Jawa dulu, punya vocabular bahasa yang keseharian mereka dengan di rumah tangga. Nanti kalau sudah kelas 5-6 bila vocabular bahasanya sudah banyak nanti ditata lagi,” terang dia. (*/ ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *