bernasnews – Berbagai gaungan untuk menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu pusat fashion dunia terus menggema setahun terakhir ini. Bahkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pun telah menargetkan, para pegiat fashion yang ada di kota pelajar ini untuk dapat berkontribusi mewujudkan cita-cita Yogyakarta sebagai pusat fashion dunia itu pada 2028.
Sejalan dengan hal itu, Wakil Ketua Umum KADIN DIY Robby Kusuma Harta mengingatkan Gerakan Jogja Fashion Dunia salah satunya juga dimotori oleh para pengurus IFC Jogja. Sehingga perlu peran semua pihak terutama para desainer untuk menciptakan karya-karya spektakuler berkelas dunia, sehingga pasar busana mancanegara akan berpaling ke Jogja.
“Desainer itu jarang yang membatasi diri hanya membuat outware. Oleh karena itu mereka dapat bekerja sama juga dengan sejumlah pihak dalam menciptakan produk baru. Jogja sebagai kota heritage harus mampu menginspirasi para desainer untuk menciptakan gagasan baru,” ujar Wakil Ketua Umum KADIN DIY Robby Kusuma Harta dalam acara syawalan IFC Jogja.
Robby tak segan menyampaikan industri fashion di DIY ini memiliki potensi yang sangat besar yang diyakini dapat menjadi kekuatan baru dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.
Kata dia, karya-karya baru yang bernuansa heritage seperti Candi Prambanan atau Keraton Yogyakarta perlu dimunculkan, karena konsep Jogja Fashion Dunia itu disebut tidak semata-mata melakukan modernisasi produk, tetapi juga mengambil kekuatan Jogja dari sisi seni, budaya maupun tradisi-tradisi yang sudah mengakar di masyarakat.
“Dari budaya itu nanti ada bisa dieksplor menjadi produk-produk baru yang bisa up to global. Heritage di Jogja luar biasa,” ucap dia.
“Untuk itu, kami ini menantang teman-teman agar dapat membuat produk berkualitas dengan bahan-bahan lokal. Kita punya banyak material bagus seperti serat-serat alam untuk didolah menjadi produk baru. Jadi IFC tidak hanya membuat rancangan baju, tetapi harus mampu membuat produk lain,” tegasnya.
Senada dengan hal itu, Wakil Ketua Dekranasda DIY, Tazbir Abdullah mengatakan Jogja juga sebagai kota berbasis pariwisata dan budaya. Hal tersebut tentu akan mampu menghidupkan ide kreatif para desainer untuk menghasilkan karya-karya terbaiknya.
“Dari sisi tourism, Jogja memiliki selisih poin yang tinggi. Saya kira intinya adalah kolaborasi ini kita tingkatkan terus. Apalagi menuju Yogya sebagai Kota Fashion Dunia, ini tidak main-main. Jadi harus benar-benar konsisten dalam pergerakannya. Mulai dari hulu ke hilir,” kata Tazbir.
Ketua Indonesian Fashion Chamber Jogja, Wening Angga menuturkan pihaknya siap andil mewujudkan Jogja sebagai pusat fashion dunia itu. Bersama dengan kepengurusan yang baru, ia memastikan akan ada terobosan baru terhadap produk fashion itu.
“Ke depan akan ada terobosan baru ,warna baru di dunia industri fashion khususnya di Jogja. Dhawuh Sultan sebagai salah satu pusat fashion Dunia ,IFC chapter Jogja dengan pengurusan yang baru yang akan lebih aktif untuk mengadakan acara event-event untuk mendongkrak industri dunia fashion yang ada di Yogyakarta,” ucap Wening.
Salah satu desainer, Lia Mustafa selaku IFC Pusat Nasional mengatakan ingin mendukung Jogja menjadi salah satu kota tujuan fashion dunia.
Meskipun masih banyak PR yang harus dibenahi, ia menyakini jika Yogyakarta konsisten, bukan hal yang tidak mungkin menjadikannya sebagai salah satu kota fashion dunia.
“Jogja banyak industri fashion dan keturunannya itu justru akan menjadi besar di kala berkolaborasi dengan industri kecil seperti garmen. Antara industri yang besar dan industri kecil harus bergandengan tangan,” pungkasnya. (lan)