News  

ORARI Lokal Kota Yogya Gelar Tradisi Syawalan: Momentum Memajukan ORARI

Suasana tradisi Syawalah Halal Bihalah 1445 H/ 2024 yang digelar oleh Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) Lokal Kota Yogyakarta . (Foto: Istimewa)

bernasnews — Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) Lokal Kota Yogyakarta menyelenggarakan Tradisi Syawalan 1445H/ 2024 dengan acara Halal Bihalal, bertempat di sebuah resto di Kota Yogyakarta, Sabtu, tanggal (27/4/2024).

Acara Syawalan ORARI Kota Yogyakarta dihadiri sekitar 70 tamu undangan di antaranya Pengurus ORARI Lokal Kota Yogyakarta, DPP, CORE (Communications and Resque) dan NCS (Net Control Station) ORARI Lokal Kota Yogyakarta.

Juga dihadiri oleh H. R Ambar Parama Putra -YB2UFM, selaku Ketua ORARI Daerah DIY, serta perwakilan Pengurus ORARI Lokal Bantul dan perwakilan dari Mitra Gereja HKY Pugeran Yogyakarta.

“Seperti diketahui ORARI adalah wadah bagi masyarakat yang memiliki hobby komunikasi radio dan teknik elektronika. Selanjutnya ORARI adalah organisasi tunggal bagi segenap Amatir Radio Indonesia yang bersifat mandiri, sosial, non-komersial dan non-politik,” kata Y. Sri Susilo -YD2UKH, dalam keterangan yang dikirim.

“ORARI juga merupakan cadangan komunikasi negara yang akan selalu hadir memberikan dukungan komunikasi pada event-event sosial dan kemasyarakatan seperti peristiwa bencana alam, mudik lebaran dan sebagainya,” lanjut dia.

Dalam sambutannya Rifqi Rizal -YB2XPF, selaku Ketua ORARI Lokal Kota Yogyakarta mengemukakan, bahwa tradisi Syawalan merupakan tradisi Jawa yang menggambarkan perpaduan apik budaya lokal dan Islam.

Menurut Rifqi, tradisi Syawalan mempunyai makna mendalam yaitu berkumpul untuk bisa selalu bersilaturahmi dan saling memaafkan, selain itu dalam ajaran agama dapat menjadi momentum peningkatan keimanan serta ketakwaan kita kepada Allah SWT.

“Syawalan biasa disebut juga Lebaran Kupat, yang memiliki filosofi mendalam untuk diyakini dan diamalkan,” ungkap Rifqi.

Ketua ORARI Lokal Kota Yogyakarta Rifqi Rizal -YB2XPF saat menyampaikan sambutan. (Foto: Istimewa)

Dikatakan, dalam bahasa Jawa, dikenal dengan kupat yang memiliki arti ngaku lepat atau mengakui kesalahan di hari yang fitri sebagai simbol saling memaafkan atau dalam dialek masyarakat kosong-kosong. Saat ini tradisi Syawalan telah menjadi tradisi nasional dan sudah dilakukan di seluruh nusantara Indonesia.

“Dalam konteks konversi berorganisasi, tradisi Syawalan dapat diterapkan dengan saling berkumpul untuk bersilaturahmi dimaknai selalu berkoordinasi serta saling bertukar informasi dari tingkatan daerah hingga tingkatan local,” ucap Rifqi.

Sedangkan makna saling memaafkan dalam hal ini adalah membiasakan memaafkan kesalahan serta kekurangan sesorang sehingga kita bisa terhindar dari sikap dan perilaku suka dan tidak suka dari dalam diri kita. Terutama, saat didalam pengambilan kebijakan organisasi.

“Dengan memaknai tradisi Syawalan mari kita buka lembaran baru, dan mari kita berlomba-lomba untuk berprestasi sesuai dengan kapasitas, kemampuan dan tugas dalam organisasi untuk kemajuan organisasi kita tercinta ORARI,” harap Rifqi.

Acara Syawalan 1445 H ORARI Kota Yogyakarta selain diisi dengan doa dan dilakukan Ikrar Syawalan oleh seluruh yang hadir. Kemudian acara diakhiri dengan ramah tamah, menyanyi dan makan siang Bersama. (*/ ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *