bernasnews – Komunitas Literasi “Yuk Belajar Menulis” (Komlit YBM) genap berusia enam tahun, Rabu 17 April 2024. Pada momentum ini, pegiat literasi Y.B. Margantoro memberikan kado buku untuk komunitas literasi yang dia dirikan enam tahun lalu tersebut. Pada peringatan lustrum pertama tahun 2023, Komlit YBM memberikan penghargaan YBM Award kepala lima pegiat literasi di Yogyakarta.
“Karena YBM adalah komunitas literasi, maka kado yang tepat untuk peringatan ulang tahunnya adalah karya buku. Harapannya, anggota komunitas ini tetap tekun belajar dan berkarya di bidang literasi. Sambil terus belajar, sebaiknya anggota komunitas juga mau berbagi kepada siapa saja melalui sarasehan, workshop, temu penulis atau apapun namanya,” kata Margantoro kepada bernasnews, Rabu (17/4).
Dua buku terbitan Mitra Mekar Berkarya (MMB) karya dia itu adalah Perjumpaan yang Menginspirasi : Ini Aku, Utuslah Aku; dan Merayakan Hidup Bersama Literasi. Pada buku pertama, ada tujuh orang narasumber yang ditulis yakni Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, Dubes RI di Vatikan M. Trias Kuncahyono, Novelis Herry Gendut Janarto, Mantan Dosen/Penulis Wishnubroto Widarso, Bunda Literasi Sleman Hj. Kustini Sri Purnomo, Desainer Tas dan Busana Yovita Sri Setyaningsih, dan Kartunis Praba Pangripta. Sedangkan buku kedua memuat 45 esai tentang literasi keluarga, literasi sekolah dan literasi masyarakat.
Hakikat perjumpaan
Dalam pengantar buku Ini Aku, Utuslah Aku, penulis mengemukakan, perjumpaan dengan narasumber khususnya dan masyarakat umum merupakan kerinduan dan sekaligus menjadi bagian dari profesi sebagai jurnalis. Berjumpa dengan narasumber, baik yang lama maupun yang baru, selalu memberikan kesan, inspirasi, motivasi dan tentu saja bahan yang menarik untuk kemudian ditulis atau sebagai referensi. Sedangkan berjumpa dengan sesama di masyarakat umum, dapat diistilahkan sebagai srawung, kiranya merupakan kebutuhan umum setiap insan. Secara khusus, juga kebutuhan bagi jurnalis.
Satu hal yang penulis rasakan sebagai manfaat atau makna dari perjumpaan adalah belajar. Artinya, ketika kita semakin banyak berjumpa atau srawung dengan banyak orang dari berbagai usia, elemen, profesi sampai kondisi yang berbeda, maka kita menjalani proses belajar. Belajar dan berkarya bagi kehidupan itu penting.
Dari sisi usia, katakanlah berjumpa dengan anak bawah lima tahun (balita), anak kecil, remaja, muda, dewasa sampai lanjut usia, kita akan memperoleh banyak pengalaman, wawasan dan kisah-kisah yang menarik. Kemudian dari segi elemen dan profesi, perjumpaan yang dilakukan akan semakin menambah wawasan dan bekal bagi kehidupan. Demikian pula dalam kondisi yang berbeda, misalnya saat orang suka atau duka, sehat atau sakit, sukses dan gagal, dan sebagainya, perjumpaan di sini akan memperkarya kita sebagai insan. Bahwa kita senantiasa wajib bersyukur dan berpengharapan dalam kehidupan ini.
Bagi sebagian orang, perjumpaan dapat terlewatkan begitu saja, selain sudah merasa senang, sedih atau mungkin malah bingung. Namun bagi sebagian yang lain, misal penulis atau jurnalis, perjumpaan sesama insan di mana pun berada, kapan pun, serta dengan topik apapun, dapat menjadi bahan tulisan fakta, opini atau fiksi.
Demikian pula bagi penulis yang sampai kini masih setia menekuni dunia jurnalistik dan kepenulisan, perjumpaan sesama insan itu sungguh merupakan berkah. Karena sebagian perjumpaan itu memang bermakna dan patut ditulis atau dipublikasikan, maka ditulislah di media umum dan kemudian dibukukan. Materi yang tersaji, sebelumnya sudah dimuat di media penulis berkarya yakni bernasnews, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk karya buku. (*)