bernasnews — Ribuan warga padati halaman Kagungan nDalem Alun-alun Kidul (Alkid) Yogyakarta untuk melaksanakan salat Idul Fitri 1445 Hijriah/ 2024 Masehi, Rabu pagi (10/4/2024). Ibadah salat Ied ini merupakan salah satu kesempurnaan dalam pelaksanaan ibadah di bulan suci Ramadan, yang diselenggarakan oleh Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kemantren Kraton.
Bertindak sebagai Imam salat ied adalah Ustad. Sauqi Fadulloh, sedangkan yang bertindak sebagai khotib dalam penyelenggaraan salat Idul Fitri kali ini adalah Prof. Dr. Syamsul Anwar. M.A.
Dalam khotbahnya Prof. Syamsul Anwar mengemukakan, bahwa hari Idul Fitri sebagai penutup dan menandai berakhirnya ibadah pusa Ramadan menjadi kewajiban bagi seorang muslimin untuk melaksanakannya. Satu bulan lamanya kaum muslimin melaksanakan ibadah puasa Ramadan.
Menurut Prof. Syamsul, ibadah puasa dengan menahan lapar dan dahaga bukan lantaran kekurangan makanan dan minuman, serta bukan pula karena Allah menghukum manusia. Perintah berpuasa itu merupakan momen peringatan dan rasa syukur kita atas nikmat terbesar yang diberikan Allah pada manusia berupa diturunkannya kitab suci Al Quran pada bulan Ramadan, yang telah mengubah wajah dunia.
“Dan sekaligus membawa umat manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang kehidupan,” ucap Prof. Syamsul.
“Beberapa hari tertentu itu adalah bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia serta sebagai ayat-ayat yang jelas dari petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil,” lanjutnya.
Jadi jelas bahwa diwajibkan puasa Ramadan dalam rangka mengingat diturunkannya Al Quran yang memuat petunjuk-petunjuk bagi manusia untuk dapat menjalani hidup yang benar. Selain itu, pusa jugamempunyai hikmah yang dalam bagi kaum muslimin karena melalui ibadah puasa sebagai pembentukan karakter dan pembahuruan spiritual.
“Hakekat puasa bukan berarti menahan lapar dan haus serta keinginan seks di siang hari, namun melalui ibadah ini manusia menjalani proses intropeksi, melatih disiplin, meningkatkan daya tahan, memperkuat semangat, memprkokoh iman dan menempa pengendalian diri dengan menjauhi hal-hal yang merusak puasa dan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma dalam pergaulan hidup di masyarakat,” tandas Prof. Syamsul. (ted)