BERNASNEWS.COM — Diskusi publik oleh mahasiswa harus dijadikan ajang mencari ilmu dari para pemantik. Saat ini peran pemuda kurang menggema dalam menyikapi situasi dan kondisi demokrasi di Indonesia. Demokrasi di Indonesia tidak sesuai dengan ruh demokrasi yang sesungguhnya dan lebih condong pada demokrasi liberal. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Jumadi, SE, MM selaku Wakil Rektor III Universitas Widya Mataram (UWM) dalam sambutan acara diskusi publik yang diselenggarakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Padma, Senin (9/12/2019), di Pendopo Agung UWM, Yogyakarta.
Diskusi bertemakan “Peran Pemuda dalam Melihat dan Mengawal Demokrasi” menghadirkan dua pemateri yakni Muhamad Rusdi, SH, MHum (Dosen Fakultas Hukum UWM) dan Arsyad Arifin, SH (Alumni UWM). Diskusi publik dengan moderator Casminto pengurus UKM Padma ini, juga diikuti para mahasiswa lintas fakultas di lingkungan UWM.
“Jika ingin melihat demokrasi Indonesia, maka harus dengan ketajaman penglihatan. Kalau ingin mengawal maka sebagai mahasiswa harus kuat dulu. Ketajaman tersebut dapat dimaknai dalam aspek keilmuan, yakni theoretical. Sedangkan dalam mengawal demokrasi harus mengetahui kondisi demokrasi di Indonesia saat ini,” kata Jumadi.
Menurut Jumadi, idealnya mahasiswa harus belajar dengan benar untuk mempersiapakan kemampuan dalam melihat demokrasi sehingga menjadi mahasiswa yang profesional. Harapannya mahasiswa dapat menjadikan UKM Padma untuk mendukung proses akademik agar dapat memberikan kontribusi optimal bagi pribadi mahasiswa, masyarakat, dan negara.
Ketua UKM Padma, Jufri menuturkan tema tersebut diangkat dengan latar belakang lemahnya peran pemuda terhadap kondisi. Ia berharap para generasi muda mengetahui posisi demokrasi Indonesia hari ini. “Kegiatan ini bukan hanya sekedar diskusi, lebih dari itu dimaksudkan agar mahasiswa UWM terus menjunjung tinggi nilai perjuangan, kepekaan, dan sikap kritis melalui diskusi mahasiswa,” ungkap Jufri.
Sementara itu Dosen Pembina UKM Padma, Fuad, SH, MH, MKn, mengatakan, tema diskusi sedang menjadi tema hangat di berbagai forum dan perbincangan publik. “Diskusi di ruangan apapun tanpa eksekusi maka nihil hasilnya. Saya berharap ada hal yang dirumuskan dari diskusi ini. Menjadi mahasiswa kritis wajib hukumnya. Sikap kritis tidak hanya diasah dengan buku namun juga harus memiliki sensitivitas,” jelas Fuad.
Rusdi sebagai pemateri, memaparkan konsep pemuda dan demokrasi dari prespektif historis. Menurut Rusdi, saat ini peran pemuda harusnya menjaga ideologi, menegakkan norma, dan aturan. Serta mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Demokrasi dapat dibidik melalui pelaksanaan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah. Mahasiswa dan pemuda harus andil melakukan pengawasan sebagai upaya mendorong tingkat partisipasi. Saat ini yang masih disayangkan negara seringkali lalai terhadap potensi anak muda, sehingga tidak mendapatkan kesempatan lebih luas untuk mengembangkan,” kata Rusdi.
Dari perspektif lembaga, Arsyad menerangkan demokrasi dengan jelas. Seorang pemuda harus memiliki gaya kepemimpinan demokratis. Pemuda harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai demokratis pada situasi sosial. Menurutnya, peran pemuda saat ini harus mampu mengorganisir dirinya. Mengkoordinasikan dengan lembaga dan mengaktualisasikan nilai-nilai demokrasi yang tidak bisa jauh dari aspek kesetaraan dan keadilan.
“Saat ini Indonesia sedang diliputi situasi dimana para pemudanya pragmatis. Masyarakat terjebak pada pemahaman bahwa demokrasi selalu identik dengan tatanan politik seperti pemilihan, mobilisasi massa dalam kontestasi politik, dan pertentangan elit politik. Padahal lebih dari itu demokrasi harus dipahami dalam konteks permasalahan ketimpangan dan gejolak di masyarakat,” tegasnya. (nun/ ted)