BERNASNEWS.COM – Selama ini untuk mengidentifikasi atau mengenali korban, baik korban bencana alam maupun kecelakaan, sering menggunakan sistem identifikasi melalui sidik jari dan identifikasi gigi secara manual. Meski sistem ini juga bisa mengenali korban, namun akan lebih mudah dan cepat bila menggunakan sistem identifikasi secara digital. Sebab, identifikasi gigi secara digital jauh lebih cepat, mudah dan murah dibanding secara manual maupun sidik jari.
Seorang mahasiswa Konsentrasi Informatika Medis Program Studi Teknik Industri ,Program Magister Fakultas Teknologi Industri UII yang juga seorang dokter gigi, Fredy Rendra Taursia Wisnu, berhasil mengembangkan sistem identifikasi digital gigi yang dapat mengidentifikasi gigi seseorang hanya dalam waktu 0,4 milisekon (ms) atau 2.500 orang setiap satu detik.
“Kalau mengidentifikasi gigi menggunakan cara manual membutuhkan waktu yang lama kira-kira 30 menit untuk satu orang. Dan kalau ada 2.500 orang berarti membutuhkan waktu kurang lebih dari dua pekan,” kata Fredy Rendra Taursia Wisnu kepada wartawan di Kampus Program Pascasarjana (PPs) FTI UII, Jumat (22/11/2019).
Fredy yang didampingi Izzati Muhimmah ST MSc PhD, Ketua Program Studi Teknik Informatika, Program Magister FTI UII mengatakan, data odontogram sangat dibutuhkan dalam proses identifikasi seseorang yang meninggal dunia akibat bencana atau kecelakaan. Data odontogram merupakan salah satu data primer selain sidik jari dan DNA.
“Proses identifikasi secara manual akan membutuhkan waktu lama, terlebih pada saat data ante-mortem tidak tersedia atau sulit didapatkan,” kata Fredy yang juga dokter gigi pada Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) Baiturrahmah Padang, Sumatera Barat ini.
Menurut Fredy, penelitian ini mendesain sebuah aplikasi berbasis web yang dapat digunakan untuk identifikasi otomatis berdasarkan perbandingan dan kesesuaian antara data odontogram ante-mortem dan post-mortem. Tahapan penelitian meliputi identifikasi masalah, studi pustaka, perancangan desain aplikasi dan pembuatan aplikasi berbasis web, implementasi dan pengumpulan data odontogram, pengujian sistem dan analisa performa serta pengujian tingkat ketergunaan (usability).
Hasilnya didapatkan sebuah aplikasi berbasis web yang dikembangkan menggunakan framework Ruby on Rails dan basis data PostgreSQL. Aplikasi ini dapat melakukan pencarian identitas berdasarkan perbandingan dan kesesuaian data odontogram. Data odontogram ante-mortem dan post-mortem disimpan dan dibandingkan dalam bentuk format Java Script Object Notation (JSON).
Hasil pengujian sistem menggunakan metode Black Box Testing yang menguji 75 fungsi dari 11 kelompok pengujian berdasarkan halaman atau menu menunjukkan bahwa aplikasi identifikasi berbasis web ini telah berjalan dengan baik. “Tanpa ada error, sehingga pakar memberikan kesimpulan aplikasi telah lulus uji,” kata Fredy.
Analisa performa berdasarkan hasil pembacaan logfile menunjukkan rata-rata ukuran ruang penyimpanan untuk satu data matriks kondisi gigi odontogram ante-mortem dalam bentuk format JSON pada basis data sebesar 2,2 kilobytes (kB). Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan query menyimpan data ke dalam basis data PostgreSQL adalah 0,7 milliseconds (ms), 1,1 ms untuk memanggil data dari basis data dan 5,4 ms untuk proses rendering sehingga data bisa ditampilkan dalam bentuk matriks kondisi gigi.
Proses pencarian dan pencocokan untuk satu kali query perbandingan data odontogram post-mortem dan satu data odontogram ante-mortem rata-rata 0,4 ms. Waktu rendering data JSON hasil pencarian dan pencocokan odontogram ke dalam antarmuka aplikasi berbasis web membutuhkan waktu 54,1 ms. Sedang untuk proses rendering komparasi dan pewarnaan sisi gigi waktu yang dibutuhkan rata-rata 9,08 ms.
Hasil uji usability dari aplikasi identifikasi berbasis web dengan menggunakan data odontogram berbentuk format JSON menunjukkan tingkat ketergunaan yang tinggi. Usefulness (kegunaan) 100 persen, ease of use (kemudahan penggunaan) 97,7 persen, ease of learning (kemudahan dipelajari) 100 persen dan satisfaction (kepuasan pengguna terhadap aplikasi) 100 persen.
“Masih diperlukan sebuah regulasi dari semua stakeholder baik pemerintah maupun organisasi profesi seperti PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) yang menaungi dokter gigi di Indonesia untuk merumuskan sebuah standar data odontogram dalam bentuk digital. Saya mengusulkan penggunaan data kondisi gigi dalam bentuk matriks JSON seperti yang digunakan dalam penelitian ini,” kata Fredy. (lip)