BERNASNEWS.COM — Ketidakseimbangan (inequality) menjadi masalah utama dalam layanan kesehatan di Indonesia, yakni ketidakseimbangan terhadap akses kesehatan dan mutu layanan kesehatan. Ketidakseimbangan ini berdampak pada beban yang harus ditanggung oleh masyarakat umum, terutama dalam hal layanan di rumah sakit.
Sementara di era globalisasi, era disrupsi, kolaborasi menjadi solusi dalam meningkatkan layanan kesehatan di rumah sakit, baik kolaborasi antar institusi di level nasional maupun di level internasional. Kolaborasi bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sehingga layanan kesehatn menjadi lebih baik untuk seluruh masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Panitia dr. Rukmono Siswihanto, M Kes, SpOG (K) dalam jumpa pers acara Asia Medical Week-Indonesian Outreach “1st International Hospital Capacity Building Forum”, Jumat (22/11/2019), di Ruang Kenari, Hotel Tentrem, Yogyakarta. Forum ini dikukung penuh oleh RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dan Zhongshan Hospital, affiliated to Fudan University, China.
Hadir sebagai narasumber, Dr. Zhu Chouwen selaku Vice President of Zhongshan Hospital, affiliated to Fudan University, China, Dr dr. Darwito, SH SpB (K) Onk selaku Direktur RSUP Dr. Sardjito, dr. Mei Neni Sitaresmi, SpA (K) selaku Wakil Dekan Bidang Kerja sama, Alumni dan Pengabdin kepada Masyarakat FK-KMK UGM, dr. Rukmono Siswihanto, M Kes, SpOG (K) selaku Ketua Panitia.
Asia Medical Week-Indonesian Outreach “1st International Hospital Capacity Building Forum” memfasilitasi rumah skit di Indonesia dan mancanegara untuk berkumpul menjdi satu forum memetakan permasalahan-permaslahan yang ada guna menghasilkan kerja sama yang mampu meningkatkan kapasitas masing-masing rumah sakit. “Kolaborasi ini encakup tiga hal utama dalam memecahkan ketidakseimbangan yang ada, yaitu kolabosari dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM), insfrastruktur, dan teknologi,” ungkap Rukmono.
Kolaborasi atau kerja sama antar institusi rumah sakit ini harapannya mampu meningkatkan sumber daya manusia melalui pengembangan kapasitas SDM. Mulai dari pendidikan formal maupun non formal atau pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan skills dan tenaga kesehatan. Peningkatan infrastruktur, saling berbagi dalam memenuhi fasilitas-fasilitas di suatu kewilayahan layanan kesehatan, distribusi pasien pada kasus-kasus emergensi, bencana atau outbreak, dan insfraktrutur lainnya. Sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara lebih proposional dan seimbang.
Pengembangan teknologi, Rukmono menjelaskan dengan adanya kolaborasi antar institusi ataupun negara lain, bisa saling berbagi maupun mengadopsi teknologi-teknologi dalam layanan kesehatan sesuai kebutuhan masing-masing rumah sakit. “Dengan demikian pemanfaatan kolaborasi dalam hal teknologi kesehatan mampu memberikan layanan yang lebih efektif, efisien, dan hemat,” jelasnya.
Sementara kolaborasi antar institusi memberikan manfaat yang signifikan, Pertama, bagi masyarakat sebagai pengguna layanan. SDM yang baik menghasilkan kualitas pelayanan kepada masyarakat menjadi optimal. Kedua, pemberi pelayanan (tenaga kesehatan) dapat meningktkan skills lebih profesional. Ketiga, payer, kebutuhan teknologi dan obat-obatan bisa jauh lebih efisien dan lebih hemat. Keempat, produsen alat dan obat akan diuntungkan dengan adanya perkembangan market.
“Harapannya melalui forum kolaborasi, peningkatan kapasitas rumah sakit ini mampu menghasilkan aturan-aturan serta mekanisme sistem dalam hal SDM, infrastruktur dan teknologi yang dapat diimplementasikan rumah sakit di level nasional maupun internasional. Meningkatkan akses pelayanan dan mutu pelayanan, serta kerja sama ini dapat memberikan manfaat kepada semua stakeholder, permasalah-permasalahan lokal bisa diselesaikan dengan lebih cepat guna meningkatkan layanan kesehatan menjadi lebih baik,”pungkasnya. (nun/ ted)