News  

DLH dan FKSS Susur Sungai untuk Mengidentifikasi Sumber Pencemar

BERNASNEWS.COM —SELAMA tiga hari dalam sepekan, Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup (BPLH DLH) Kabupaten Sleman bekerja sama dengan komunitas sungai yang tergabung dalam Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS) melakukan kegiatan susur sungai di empat sungai di wilayah Sleman.

Komunitas Kali Pegiat Kali Krasak dan DLH Sleman lakukan susur sungai Krasak, Rabu (13/11/2019). Foto : AG Irawan

Mulai hari Selasa (12/11) di Sungai Adem wilayah Desa Girikerto, Kecamatan Turi. Kemudian berlanjut pada Rabu (13/11) menyisir Sungai Mlinting dan Krasak di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel. Dan berakhir pada Minggu (17/11) menyusur Sungai Tepus di wilayah Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Sleman.

Susur sungai dengan pola transek walk atau turun dan berjalan mengikuti alur sungai tersebut dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung beragam sumber pencemar berupa sampah dan limbah yang masuk ke sungai, khususnya di daerah hulu. Selain itu untuk mengidentifikasi adanya sejumlah mata air di sepanjang sungai serta melihat potensi kebencanaan yang bersumber dari kawasan sungai, seperti ancaman banjir dan longsor di musim penghujan.

Identifikasi sumber air Sungai Mlinting, Merdikorejo, Rabu (13/11/2019). Foto : AG Irawan

Kepala Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup DLH Sleman Purwoko Sasmoyo ST MM yang mempimpin langsung susur sungai tersebut mengatakan, perlunya edukasi terus menerus kepada masyarakat guna meningkatkan kesadaran dalam menjaga sungai. Pola susur sungai ini dapat dijadikan salah satu contoh nyata keterlibatan masyarakat setempat dalan menjaga lingkungan khususnya sungai.

“Susur sungai yang dilakukan masyarakat setempat yang tergabung dalam komunitas sungai merupakan bukti keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan merawat sungai yang melewati daerahnya,” kata Purwoko Sasmoyo seperti dikutip AG Irawan, Ketua FKSS, dalam rilis yang dikirim ke Redaksi Bernasnews.com, Selasa (19/11/2019).

Identifikasi biota air dan sumber pencemar di Kali Tepus, Wukirsari, Cangkringan. Minggu (17/11/2019). Foto : AG Irawan

Kepala Dukuh Kantongan B, Merdikirejo, Tempel Sutardi mengaku sejumlah air sungai di hulu kini sudah banyak yang tercemar sampah. Ini akibat warga yang lewat sering dengan enaknya membuang sampah ke sungai. Padahal air sungai Krasak dan Mlinting sangat dibutuhkan warga untuk penunjang dan kelangsungan hidup.

Di sepanjang aliran sungai Mlinting masih terdapat sejumlah mata air yang sangat besar. Bahkan masih ada sebuah sendang dengan pancuran air yang besar. Memang pada saat susur sungai tidak sempat mengukur debitnya. Setidaknya, masyarakat jadi tahu bahwa potensi air bersih masih ada dan perlu terus dirawat dan dijaga kelestariannya.

Susur sungai di Kali Adem, Girikerto, Turi, Sleman, Selasa (12/11/2019). Foto : AG Irawan

Di sepanjang sungai tersebut keberadaan vegetasi dan biota asli sungai juga masih beragam, seperti pohon amplas, pohon gayam, bambu juga ada ikan wader, uceng serta kotes. Sesekali berjumpa udang sungai kecil-kecil.

Hal senada disampaikan pegiat sungai Adem Girikerto, Turi, Basuki. Bersama warga setempat pihaknya terus mengedukasi publik agar tidak buang sampah ke sungai. “Memang menyadarkan masyarakat bukan pekerjaan mudah. Bahkan butuh waktu lama. Maka, ya butuh kerja sama semua pihak. Tak bisa sendirian,” ungkapnya.

Saat susur Sungai Tepus, Wukirsari, Cangkringan sumber pencemar sungai lebih banyak. Mulai dari limbah rumah makan yang terdapat di pinggir sungai, limbah rumahtangga, sampah dari buangan warga yang lewat di jalan, hingga terdapat pula sebuah instalasi pengolahan limbah (ipal) komunal yang mengalir ke sungai dalam kondisi keruh dan bau.

Menyisir dan mengidentifikasi potensi bencana di sungai Tepus, Wukirsari. Minggu (17/11/2019). Foto : AG.Irawan

Komunitas Kali Tepus (KKT) berencana memasang jaring, semacam paranet di pinggir kanan kiri panggar jembatan yang dilalui Kali Tepus. Harapannya, jika ada pengendara yang lewat, lalu membuang sampah tidak langsung masuk ke sungai, tapi tertahan jaring tersebut.

“Di kali Tepus ini sungainya berbatu-batu. Tapi ya itulah, banyak limbah dan sampah yang dibuang ke sungai. Padahal airnya sesungguhnya jernih dan selalu ada,” ujar Ketua KKT Marjuki.

Kegiatan susur sungai yang diadakan DLH Sleman 2019 kali ini juga diikuti sejumlah anggota pramuka dari Saka Kalpataru Sleman. Bagi mereka berkecipak di air sungai merupakan pengalaman yang sangat mengasyikkan. Bahkan jadi lebih tahu potensi sekaligus permasalahan lingkungan hidup yang berada di sungai. (AG Irawan, Ketua FKSS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *