BERNASNEWS.COM – Badan Khusus Taman Kesenian Tamansiswa bekerja sama dengan 350 mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta akan menggelar kegiatan bertajuk #TembangDolananMassal di Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta, tepatnya di depan Toko Buku Gramedia Sudirman, Minggu (20/10/2019) mulai pukul 07.30 WIB.
Dalam acara Tembang Dolanan Massal ini akan menembangkan 3 tembang utama yakni “Kacang Goreng” berupa permainan dengan tembang menirukan orang menggoreng kacang dengan berbaris sepanjang 200 meter oleh sekitar 500 orang.
“Kami memanfaatkan momen hari bebas kendaraan bermotor/mobil (Car Free Day) di Jalan Jenderal Sudirman untuk menggali lagi Metode Sariswara melalui Tembang Dolanan Anak. Hal ini sangat tepat dilakukan di Yogyakarta karena ciri khasnya yang istimewa. Sasaran utama adalah ruang-ruang keluarga dan ruang publik sebagai wujud pertanggungjawaban komunitas dalam pendidikan,” kata Listyo HK, Sekretaris Badan Khusus Taman Kesenian Tamansiswa, dalam rilis yang dikirim ke redaksi Bernasnews.com, Jumat (18/10/2019).
Cak Lis-sapaan akrab Listyo HK-mengatakan, mengawali pelaksanaan pada momen Car Free Day Sudirman, akan ditampilkan proses pembelajaran Tembang Dolanan Anak kepada praktikan mahasiswa dan pengunjung/ masyarakat yang hadir. Selanjutnta akan dipandu memainkan Tembang “Jamuran” masing-masing membentuk lingkaran 20-30 orang di sepanjang Jalan Sudirman dan memainkannya dalam beberapa formasi.
Dan terakhir Tembang “Kuk kuk kuk” atau “Sepuran”, di mana tiap kelompok beranggotakan 20 orang berpegangan pundak menjadi sebuah simulasi bermain kereta api. Masing-masing tembang memiliki tujuan khusus pendidikan, ada yang terkait dengan leadership, gotong royong, kedisiplinan, toleransi/ tepa slira dan tentu saja melatih fisik motorik halus dan kasar. “Inilah yang disebut Ki Hadjar Dewantara sebagai pendidikan utuh cipta-rasa dan karsa,” kata Cak Lis.
Menurut Cak Lis, setelah even masing-masing kelompok mahasiswa PGSD-UST akan diterjunkan ke kampung-kampung di Kota Yogyakarta untuk memasyarakatkan lagi pendidikan dengan Metode Sariswara melalui Tembang Dolanan Anak ke ruang-ruang keluarga.
Dikatakan, kegiatan ini berawal dari dhawuh Ngarsa Dalem, Sultan HB X, saat dianugerahi gelar Dr HC oleh UNY. Ketika itu Ngarsa Dalem HB X mengatakan bahwa Tembang Dolanan Anak harus diajarkan lagi kepada masyarakat saat ini. Selain itu, dari gagasan Ki Hadjar Dewantara bahwa Tembang Dolanan mampu mengasah watak-watak dasar kebaikan anak manusia melalui tembangnya yang diyakini mampu langsung mendidik jiwa (anthroposophie theory Rudolf Steiner).
“Ini yang beliau sebut Metode Sariswara, gabungan pelajaran bahasa sastra, lagu dan cerita/permainan. Dolanan anak yang memakai tembang dengan lirik-lirik pilihan yang mengena di hati, dibalut dalam permainan komunal bersaing, bergandengan, bertepukan dalam atmosfer kegembiraan, diyakini Ki Hadjar selain memberi landasan watak yang baik, juga melejitkan perkembangan neuron otak anak,” kata Cak Lis yang juga pimpinan Laboratorium Sariswara di Jalan Tamansiswa Yogyakarta. (lip)