BERNASNEWS.COM – Belajar, berkarya dan berprestasi. Itulah yang dilakukan dan dialmi Arhananta, lulusan Fakultas Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY). Tidak hanya tekun belajar, ia juga produktif menghasilkan karya ilmiah. Setidaknya ada 58 karya ilmiah tingkat nasional dan internasional yang dihasilkan serta segudang prestasi yang diraih yang mengantarkan Arhananta menempati peringkat satu penghargaan Karya Cendekia pada wisuda lulusan UPN “Veteran” Yogyakarta (UPNVY), Sabtu (12/10/2019).
Lulusan Fakultas Teknik Geologi yang kini menyandang gelar Sarjana Teknik tersebut tercatat pernah menjadi Juara 1 GAIA Analysis Project tahun 2018 dan tahun 2019, Juara 2 Place Paper Competition Geodefest 2018, mendapat gelar Favorite Poster Annual Science Week PERHIMAGI 2019, Juara 1 Place Plant of Development OGIP 2019 dan sejumlah prestasi lainnya.
Di sela kesibukan menjadi mahasiswa, ia menjalani aktivitas sebagai asisten laboratorium Geologi Struktur, menjadi Kepala Divisi Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi, aktif di berbagai seminar dan kepanitiaan. Atas prestasi tersebut, ia mendapatkan total nilai 2.284. Dan bersama 14 wisudawan lain dari berbagai jurusan di UPNVY, Arhananta naik ke panggung menerima penghargaan dari Rektor UPNVY.
Arhananta juga lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,57 dan lama studi 4 tahun 1 bulan. “Ini kebanggaan yang saya persembahkan untuk orangtua yang telah mendukung saya selama ini,” atanya Arhananta di sela wisuda, seperti dikutip Kasubbag Kerja Sama dan Humas UPNVY Markus Kusnardijanto S.Sos dalam rilis yang dikirim kepada wartawan, Rabu (16/10/2019).
Ketika menerima penghargaan, ia didampingi oleh kedua orangtua. Dan uniknya, sang ayah, Sukirno, mengenakan topi badut berwarna-warni. Topi badut yang dikenakan sang ayah bukan tanpa alasan. Menurut Arhananta, pekerjaan sang ayah memang sebagai penghibur anak-anak. Ayahnya berprofesi sebagai badut.
“Ayah saya itu seniman, jadi badut, bermain musik bahkan dalang. Beliau serba bisa bahkan bisa bangun rumah,” tutur laki-laki kelahiran Bojonegoro, 16 Juni 1997.
Sebagai seorang seniman, menurut Arhananta, sang ayah mendidiknya dengan cara yang demokratis. Sang ayah menyerahkan semua keputusan di tangan anaknya. “Ayah saya tidak pernah berkata tidak. Ia selalu membolehkan apa saja yang saya mau,” kata anak tunggal pasangan Sukirno dan Faizatul Laily inu.
Meski menjadi anak seniman, Arhananta mengaku jiwa seni ayahnya tak mengalir di tubuhnya. Ia mengaku tidak menguasai alat musik maupun bakat seni. “Hobby saya justru traveling, kulineran dan videografi, tidak ada seni-seninya,” kata Ahananta sambil tertawa.
Setelah lulus kuliah ia berencana untuk langsung bekerja. Ia mengaku saat ini sudah diterima di salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pertambangan. “Keinginan untuk melanjutkan S2 masih ada. Saya ingin membuat banyak paper di bidang geologi dan mengembangkan hoby videografii,” kata Ahananta. (lip)