BERNASNEWS.COM – Pendidikan karakter berfungsi untuk mengembangkan potensi dasar manusia agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik. Sadar akan karakter yang dimiliki oleh setiap manusia maka ketika karakter literasi telah ada dalam diri seseorang dan tumbuh berkembang akan menjadi pembiasaan yang sangat positif.
Seseorang akan mampu mengembangkan karakter tersebut dan mencipta banyak karya dalam bentuk tulisan. Seorang Literat mampu memberikan contoh dan teladan yang baik dari hasil karya yang diciptakan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Karakter-karakter yang tumbuh dalam diri seorang Literat adalah karya-karya yang diciptakan lewat inspirasi yang faktual dan original, bukan plagiat. Sementara dalam jiwa seorang literat tertanam karakter jujur, disiplin, terbuka dan amanah.
Karena itu, MTsN 6 Kulon Progo mengadakan kegiatan bertajuk Character Building Berbasis Literasi bagi Guru dan Pegawai di sekolah setempat, Kamis (10/10/2019) dengan menghadirkan Pemimpin Redaksi Majalah CANDRA Dinas Dikpora DIY YB Margantoro didampingi anggota redaksi Deti Prastyaningrum SPd.
Kepala Madrasah Imam Syamroni SPd mengatakan, kegiatan tersebut dimaksudkan agar kemampuan membaca dan menulis di kalangan para guru/ pegawai meningkat. Dan diharapkan kemampuan tersebut berdampak positif bagi pribadi dan institusi.
“Madrasah sudah mengawali gerakan literasi dengan memberikan waktu khusus pada jam pertama setiap hari Kamis, mengoptimalkan website madrasah dan mengisi web Kanwil Kemenag DIY,” kata Imam Syamroni.
Sementara YB Margantoro mengatakan, membaca baru awal dari literasi. Tahap selanjutnya adalah menulis dan bisa berpikir kritis. “Untuk dapat menulis seseorang perlu memahami analisis SWOT yakni Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (kesempatan) dan Threats (ancaman),” kata YB Margantoro.
Dikatakan, artikel atau tulisan yang dikirim harus memenuhi 10 syarat yakni topik yang diangkat aktual atau kontroversial, orisinal dan mengandung gagasan baru dan segar. Selain itu, materi yang dibahas menyangkut kepentingan masyarakat luas, tidak bertentangan dengan aspek etis, sosiologis, yuridis dan ideologis, kemudian ditulis dengan bahasa baku yang benar dan baik, lincah dan segar, mudah dicerna dan ringan dibaca.
Tulisan tersebut juga harus mencerminkan visi penulis sebagai cendekiawan, referensial, singkat, utuh dan tuntas serta memenuhi kebutuhan sekaligus dapat mengikuti selera dan kebijakan redaksional media massa dan memenuhi kualifikasi teknis administratif media massa bersangkutan.
“Ada enam bentuk tulisan yang disediakan bagi masyarakat umum yakni surat pembaca, artikel, esai, kolom, news analysis, dan resensi buku. Anda bisa mencoba menulis diantara enam bentuk itu. Tak usah takut ditolak. Pokoknya menulis dan terus menulis,” katanya.
Suasana kekeluargan tergambar dalam kegiatan itu, terlebih saat dibuka sesi tenya jawab. Banyak guru dan pegawai yang antusias bertanya. Peserta juga ditantang untuk menuliskan jawaban atas tiga pernyataan yang diberikan narasumber. (lip)