BERNASNEWS.COM —Untuk mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak maupun masyarakat pada umumnya, Museum History of Java akan menggelar lomba dakon, baik untuk pelajar mulai dari SD hingga SMA/SMK maupun untuk orangtua dan masyarakat umum. Lomba permainan tradisional, khususnya dakon, tersebut akan digelar di Museum History of Java di area Pyramid Cafe Jalan Parangtritis Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, 16-24 November 2019.
Ketua Panitia Lomba yang juga Humas Museum History of Java Ki Bambang Widodo SPd MPd kepada Bernasnews.com, Rabu (9/10/2019) mengatakan, lomba dakon dimaksudkan agar anak-anak maupun para orangtua dan masyarakat pada umumnya mengenal kembali jenis-jenis permainan tradisional anak-anak atau dolanan anak, termasuk dakon. Sebab, selama ini anak-anak justru lebih akrab dengan permainan di gadget ketimbang permainan tradisional yang mengandung makna dan nilai historis-filosif.
“Karena banyak nilai historis dan filosofis yang terkandung dalam permainan tradisional, termasuk dakon, seperti nilai kejujuran, kebersamaan, kerukunan dan kesabaran yang tidak dimiliki dalam permainan modern di gadget. Nilai-nilai tersebut sangat baik untuk pendidikan karakter bagi anak-anak,” kata Ki Bambang Widodo yang baru saja terpilih sebagai Ketua I Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Museum Indonesia (DPP AMI) periode 2019-2024 ini.
Menurut Ketua Umum Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY ini, permainan dakon dipilih untuk dilombakan karena jenis permainan ini memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi. Dengan demikian, melalui lomba ini diharapkan pertumbuhan karakter anak-anak atau peserta lomba akan lebih baik.
Dalam lomba dakon ini, menurut Ki Bambang Widodo, akan dibagi dalam tiga kategori yakni kategori pelajar mulai dari SD hingga SMA/SMK, kategori orangtua/keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak serta kategori umum.
Menurut Ki Bambang Widodo, lomba dakon ini merupakan event terbesar pertama yang digelar oleh Museum History of Java sejak berdiri akhir tahun 2018. Untuk lomba tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, seperti Bupati Bantul, instansi terkait baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. “Kami targetkan 3.000 pesert untuk mengikuti lomba dakon ini,” kata Ki Bambang Widodo.
Seperti dikutip dari Wikipedia, dakon adalah salah satu jenis permainan yang dapat dimainkan oleh anak-anak laki-laki maupun perempuan. Bahkan dakon bisa juga dimainkan oleh orang dewasa sebagai sarana rekreasi. Dakon sebenarnya merupakan alat untuk bermain congklak yang terbuat dari kayu dengan panjang 50 cm, lebar 20 cm dan tebal 10 cm.
Bagian atas kayu ini diberi lubang dengan diameter 5 cm dan dalamnya 3 cm. Lubang dakon minimal berjumlah 12 buah. Permainan ini membutuhkan biji dakon yang bisa menggunakan biji sawo kecil atau sawo manila, atau pun kelereng kecil. Namun bermain dakon juga bisa tanpa kayu sebagai arena karena bisa dimainkan di atas tanah dengan membuat lubang-lubang kecil di tanah sejumlah 12 lubang.
Permainan dakon di tanah biasanya menggunakan batu-batu kecil sebagai bijinya dengan jumlah pemain minimal 2 orang. Jika banyak pemain giliran dibuat sesuai dengan kesepakatan bersama. Jumlah biji dakon tidak ditentukan tapi disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan para pemain. (lip)
(lip)