BERNASNEWS.COM — Bagi yang hobi selfi berlatar hiasan bangunan warna-warni, nggak perlu jauh berwisata ke Malang, Jawa Timur. Kini di kota Yogyakarta pun ada pernak-pernik semacam itu meskipun sebatas lingkup kampung. Kampung yang mendapat sebutan baru sebagai “Kampung Pelangi”, berada di seberang Obyek Wisata Pesanggrahan Taman Sari Kraton Ngayogyakarta atau tepatnya di RW 03 Ngadisuryan, Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton, Yogyakarta.
“Kami menghias kampung berwarna-warni ini berawal dari penunjukan dari Puskesmas Kecamatan Kraton, agar RW 03 Ngadisuryan bersedia untuk mewakili Lomba Bidang Kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Semula warga hanya mempersiapkan dengan kerja bakti bersih-bersih lingkungan dan pengecatan marka jalan (gang), namun tiba-tiba muncul ide atau gagasan kenapa tidak dihias sekalian,” papar Didik Santosa selaku Seksi Kesenian dan Kebudayaan RW 03 Ngadisuryan, Selasa (24/9/2019).
Lebih lanjut, Didik Santosa yang didampingi oleh Sapto tokoh kampung setempat, menambahkan, bahwa dalam menghias kampung menjadi warna-warni baik jalan maupun tembok-tembok pinggir jalan tersebut dilakukan secara swadaya. Dikerjakan dengan gotong royong melibatkan sekitar 30 warga pria maupun wanita. Menghabiskan cat tembok lebih dari 25 kaleng isi 5 literan dana pembelian cat dari sumbangan warga ditambah dari kas lima RT dan RW.
“Dalam menghias ini kami tanpa konsep, semuanya mengalir begitu saja dengan satu tekad menjadikan kampung bersih dan asri itu saja. Semua warga bergerak dan membantu sesuai dengan kemampuannya. Warga kami berikan kebebasan berekspresi dalam menghias dan mewarnai jalan maupun tembok-tembok pinggir jalan kampung ini,” terang Didik.
Meskipun tanpa konsep dan dikerjakan oleh warga secara gotong royong, menurut pengamatan Bernasnews.com, komposisi warna dan bentuk-bentuk coretan maupun hiasan mural pada tembok tidak kalah dengan karya-karya seniman lukis pada umumnya. Ada tembok yang dihias dengan tema Jogja untuk Indonesia bergambar Tugu Jogja dan peta Indonesia, Tembok Kebhinekaan berhias gambar yang mewakili pemuka agama, dan Jalan Jejak Asmara. Tutup assenering (SAL) pun dirubah menjadi kura-kura dan laba-laba.
Bahkan di pinggir jalan kampung RW 03 Ngadisurya masih ada beberapa rumah gedongan zaman dahulu yang masih berdiri kokoh dan sering menjadi properti shoting film, juga sinetron-sinetron televisi swasta nasional dari Jakarta. Sehingga menambah keunikan kampung, termasuk dalam rangka sebagai duta mewakili lomba bidang kesehatan telah lengkap, termasuk keberadaan Bank Sampah Manunggal Warga yang dikelola oleh warga.
“Setelah dihias ini kesadaran dan kepedulian warga terhadap kebersihan lingkungan semakin meningkat. Bahkan mau war wer buang putung rokok, kertas atau plastik pembungkus jadi eman (sungkan) bikin kotor. Sedangkan warna-warni yang dibuat oleh warga mengibaratkan pelangi, agar kita semua senantiasa ingat makna Bhineka Tunggal Ika,” imbuh Didik. (ted)