Garam Kebumen Sudah Ber-SNI, Layak Konsumsi

BERNASNEWS.COM — Garam produksi Kebumen, Jawa Tengah telah mendapatkan sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam ruang lingkup proses produksi garam konsumsi beryodium. Selain itu, juga telah mendapat ijin edar dari BPOM, sehingga sudah bisa dijual bebas.

Kepala Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Syarif Widjaya pada acara Launching Kampung Garam, di Desa Miritpetikusan, Kecamatan Mirit, Selasa (24/9/2019), mengatakan, bahwa Kebumen adalah kabupaten pertama yang menerima sertifikasi SNI,  BPOM dan surat ijin edar.

“Garam Kebumen memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari produksi daerah lain. Hal karena air laut sebagai bahan baku utamanya masih belum tercemar. Bahkan kadar natrium klorida (Na Cl) mencapai 95,75 persen. Sudah sangat cukup sebagai garam konsumsi. Tinggal menaikan sedikit kadarnya menjadi 97 untuk menjadi garam industri,” terang Syarif Widjaya.

Menurut Syarif Widjaya, kualitas ini karena produksi garam di Kebumen menggunakan sistem tunel. Yaitu, air laut sebelum masuk ke dalam tunel sudah difilter dan di dalamnya dilapisi plastik. Sehingga hasilnya bisa langsung dipanen dengan kondisi bersih.

Dengan adanya produk garam di Kebumen ini, Syarif berharap akan dapat mengurangi garam impor. Selain itu, ia juga meminta petani garam Kebumen agar tidak memproduksi garam krosok, yang dijual karungan. “Garam krosok begitu panen langsung dikarungi sehingga harganya tergantung pasar. Kadang harganya Rp 2.000, kadang turun sampai Rp 150 -200. Oleh karenanya, Kebumen harus memproduksi garam konsumsi yang harganya stabil karena sudah diolah dan dijual langsung ke konsumen,” tegasnya.

Sementara itu, Bupati Kebumen KH Yazid Mahfudz, mengatakan pihaknya akan mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kebumen untuk membeli garam produksi masyarakat pesisir selatan. Hal ini dilakukan untuk membantu pemasaran pada petani garam.

“Kita akan buat edaran agar ASN  membeli garam Kebumen, untuk menjamin bahwa mereka (masyarakat pesisir selatan, red) bisa memproduksi dan pemasaran. Kebutuhan garam di Kebumen mencapai 50 ribu ton per tahun. Hal ini berdasarkan hitungan kasar, setiap satu orang dalam satu tahun diasumsikan mengkonsumsi garam rata-rata 4 kg dikalikan 1,3 juta penduduk Kebumen,” papar Yazid Mahfudz.

Lebih lanjut, Yazid Mahfudz menegaskan Perlu diupayakan agar masyarakat Kebumen bisa terpenuhi oleh orang Kebumen sendiri. Sedang, Kepala Dinas Kelautan dan Perikana Kebumen La Ode Haslan, mengatakan Kabupaten Kebumen memiliki panjang garis pantai lebih kurang 57,5 km yang potensial untuk pengembangan tambak dan industri garam. Baik untuk garam konsumsi, industri, farmasi atau kesehatan dan kecantikan.

” Apalagi air laut sebagai bahan baku utama pembuatan garam masih belum tercemar. Sehingga menghasilkan produksi garam dengan kualitas yang jauh lebih baik dari produksi daerah lain. Hal ini menjadikan kadar natrium klorida (Na Cl) mencapai 95,75 persen,” kata Yazid.

Kabupaten Kebumen sendiri sejak tahun 2018 sudah memiliki 12 kelompok usaha garam rakyat dengan 150 orang petambak garam yang tersebar di empat kecamatan. Yaitu Ambal, Mirit, Puring, dan Klirong. Hingga saat ini dari empat kecamatan itu mampu memproduksi garam sebesar 36,5 ton.

Hadir pada acara tersebut, Direktur Jasa Kelautan Kementerian KKP M Yusuf, Dandim 0709 Letkol Inf Zamril Philiang, Sekda Kebumen H Ahmad Ujang Sugiono SH dan sejumlah pejabat lainnya. Launching Kampung Garam di Kabupaten Kebumen dilakukan Kepala Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan KKP Syarif Widjaya. Peresmian sentra industri garam rakyat itu akan diselenggarakan di dua tempat.

Pertama, peresmian gedung pengolahan garam Desa Tanggulangin Kecamatan Klirong. Kemudian, peresmian unit produksi garam di Kampung Garam Desa Miritpetikusan Kecamatan Mirit. Rombongan juga meninjau kolam garam untuk sauna dan perendaman kaki (garam kesehatan). Kemudian, meninjau kolam terapi ikan nilem, pameran poklahsar, olahan garam hingga meninjau selfie area. Juga dilakukan kampanye memasyarakatkan makan ikan dan kampanye tolak plastik sekali pakai.

Selain itu, Bupati Yazid Mahfudz juga memberi nama ikan  “Nilem Tulmen”. Yang merupakan singkatan atau akronim dari ikan “Nilem Merah Pringtutul Kebumen”. Ikan ini merupakan hasil temuan dari Pusat Riset Perikanan Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan yang hanya ada di Kebumen. (nun/ ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *