BERNASNEWS.COM — Banyaknya festival yang hadir sepanjang tahun di Yogyakarta menjadikan kota ini layak disebut “kota festival”. Keragaman jenis festival yang ada merupakan usaha para pegiat dan penggiat festival untuk menjadikan keberagaman sebagai ruang hidup yang sehat. Setelah perhelatan seni Jogja International Street Performance (JISP) dilanjut dengan Asia Tri Jogja.
“Begitu juga dengan Asia Tri Jogja yang tahun ini kembali mengambil bagian dalam menjadikan Yogyakarta sebagai ruang silaturahmi budaya antar bangsa dengan menghadirkan karya pentas tari dan musik melibatkan seniman-seniman dari berbagai negara termasuk Indonesia,” papar Bambang Paningron, selaku salah satu pemarkarsa Asia Tri Jogja, beberapa waktu lalu.
Asia Tri Jogja 2019 akan berlangsung pada tanggal 24 – 25 September 2019, pukul 18:00 WIB sampai dengan selesai, di Omah Petroek, Hargobinangun, Pakem, Sleman, DIY. Sejak pertama diselenggarakan di Yogyakarta, Asia Tri Jogja telah dihidupi oleh ratusan seniman dari dalam dan luar negeri. Tidak hanya seniman Asia, seniman dari Belanda, Australia, Jerman, Austria, Libanon, Prancis, dan Italia, tercatat pernah menjadi bagian dari Asia Tri Jogja.
Gagasan atas festival ini muncul dari bertemunya 4 seniman dari 3 negara, dari Indonesia Bambang Paningron dan Bimo Wiwohatmo keduanya dari Yogyakarta, Yang Hye Jin dari Korea Selatan, serta Soga Masaru dari Jepang. Pertama kali diadakan pada tahun 2015 di Kota Seoul, Korea Selatan. Kemudian tahun berikutnya mulai hadir di Yogyakarta. Sejak saat itu Asia Tri Jogja menjadi bagian dari dialektika seni dan budaya di Yogyakarta.
“Tahun ini akan ada 23 karya pertunjukan yang dipresentasikan dua hari. Beberapa seniman yang akan hadir antara lain, Jun Amanto dan Rina Takahasi (Jepang), Kalpana Sivan (Singapura), Harama (Sumatera Barat), Densiel Prismayanti Lebang (Toraja), Whani Darmawan (Yogyakarta), Anter Asmorotedjo (Yogyakarta), Ayu Permata (Lampung) dan Silir Pudjiwati (Yogyakarta),” terang Bambang.
Menurut Bambang Paningron, Asia Tri Jogja selain bertujuan untuk membangun solidaritas diantara seniman, terutama di Asia. Juga memberikan ruang yang terbuka bagi para peserta untuk berkolaborasi dan mengembangkan jejaring. “Harapannya Asia Tri Jogja mampu turut berperan dalam menjadikan Yogyakarta sebagai pusat pengembangan budaya yang akan memberikan dampak positif pada pariwisata, kehidupan sosial, dan pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya. (ted)