BERNASNEWS.COM – Ketika terjadi bencana, setiap karyawan di rumah sakit dituntut untuk memberikan respon yang cepat dan optimal. Jumlah pasien yang membludak menjadi tantangan tersendiri bagi setiap karyawan yang bekerja di rumah sakit.
Jika hanya menangani satu atau dua pasien yang datang secara bergantian, mungkin karyawan rumah sakit masih bisa memberikan penanganan secara optimal. Tetapi jika pasien datang dalam jumlah yang banyak sekaligus, maka penanganan optimal biasanya akan berkurang.
“Respon yang tepat ini didapatkan dengan mengikuti pelatihan,” kata Dani Sahirul Alim, Direktur RSU Queen Latifa, saat menggelar simulasi tanggap bencana di RSU Queen Latifa, Minggu (15/9/2019).
Untuk itu RSU (Rumah Sakit Umum) Queen Latifa menggelar simulasi tanggap bencana untuk seluruh civitas hospitalia. Menurut Dani, simulasi tanggap bencana ini bertujuan untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah pasien yang perlu ditangani oleh sebuah rumah sakit. Bencana yang dimaksud tak hanya bencana alam, tetapi juga seperti kecelakaan.
Sebanyak 30 probandus (orang yang berpura-pura menjadi pasien), digunakan dalam simulasi ini. Puluhan probandus ini dibuat dengan kondisi luka yang berbeda-beda, mulai dari yang paling ringan sampai paling berat, bahkan sampai meninggal dunia.
“Simulasi ini tidak hanya diikuti tetapi juga dipahami, sehingga jika nanti sungguh terjadi bencana maka setiap orang harus mampu dan bisa untuk laksanakan proses tanggap darurat dengan baik,” tuturnya.
Jumlah probandus sengaja dibuat lebih dari kemampuan daya tampung pasien di IGD RSU Queen Latifa. Sehingga, dengan adanya lonjakan pasien dalam simulasi ini, kinerja tiap karyawan akan diuji. (adh)