News  

Kesejahteraan Wartawan Tak Sebanding dengan Beban Kerja

BERNASNEWS.COM — Selama ini kesejahteraan profesi wartawan tidak sebanding dengan beban kerja dan kerja keras yang dijalani. Meski harus memburu berita tanpa kenal waktu, tetapi gaji atau pendapatan wartawan masih belum mampu menyejahterakan mereka. Untuk itu dibutuhkan sumber penghasilan dari bidang lain, antara lain dengan kerja sampingan wirausaha.

“Wartawan profesional dituntut membuat berita tanpa kenal waktu. Meskipun malam hari, jika ada kejadian atau agenda yang layak untuk diinformasikan ke masyarakat, mereka harus datang. Tetapi jerih payah itu kurang sebanding dengan tingkat kesejahteraannya,” ungkap Drs Sihono HT MSi, Ketua PWI Cabang Yogyakarta dalam Workshop Kewirausahaan bagi Wartawan, yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabanga Yogyakarta di Rumah Makan dan Rest Area Ulam Tirta, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Sabtu (31/8/2019).

Workshop yang didukung oleh Bank BPD DIY, Anggota DPD RI Afnan Hadikusumo, Ulam Tirta Resto dan Rest Area serta Bakpia Jogkem itu menghadirkan pembicara Prof Dr Ir Rustandi MSc dari Fakultas Teknik Pertanian UGM dan Ariyanto SE MMPar, pengusaha muda sekaligus pemilik Ulam Tirta Resto.

Menurut Sihono, untuk lebih mensejahterakan anggotanya, PWI DIY mengambil beberapa kebijakan, antara lain mendirikan koperasi dengan 5 unit usaha, yakni usaha simpan pinjam, toko, unit media dan percetakan, kolam pemancingan di Desa Margoluwih Seyegan, event organiser dan diklat serta cafe.

Semiloka kewirausahaan bagi wartawan di Sleman, Sabtu (31/8/2019). Foto : Agus Susanto/Nagari

Melalui usaha tersebut, menurut Sihono, diharapkan Sisa Hasil Usaha (SHU) dari koperasi minimal dapat menambah pendapatan bagi anggota. Sehingga diharapkan kesejahteraan anggota/wartawan lebih baik dan meningkat. Selain itu, dalam menjalankan fungsi dan tugas jurnalistik, wartawan bisa lebih idealis, menjunjung tinggi etika profesi. “

Usaha yang berhasil adalah bukan hanya dalan bentuk konsep, namun benar-benar dilakukan dengan manajemen yang jelas dan transparan,” kata Sihono dalam workshop yang dihadiri puluhan wartawan anggota PWI itu.

Prof Dr Ir Rustandi MSc, Dosen Fakultas Teknik Pertanian UGM, tampil dalam workshop kewirausahaan di Rumah Makan dan Rest Area Ulam Tirta,Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Sabtu (31/8/2019). Foto : Agus Susanto/Nagari

Pada kesempatan itu, Ariyanto SE MMPar, Pengusaha Muda Pengelola Ulam Tirta & Rest Area yang juga owner Bakpia Jogkem mengatakan sangat mendukung apa yang dilakukan PWI Cabang Yogyakarta. Ia mengatakan, ada dua metode dalam berwirausaha yaitu bermitra atau mandiri. Jika ingin menjalankan bisnis dengan bermitra maka harus siap berbagi dengan teman usahanya, yakni berbagi pekerjaan, transparansi manajemen dan siap bagi hasil. Dan hal tersebut harus diperkuat dengan perjanjian kerja sama.

Begitu pula dalam membuka usaha, baik bermitra maupun mandiri, dapat berpedoman pada tiga hal yang disingkat ATM, yakni Amati, Tiru dan Modifikasi. Amati artinya mengamati peluang usaha atau bisnis orang lain. Kemudian ditiru dengan membuka usaha yang sama, namun harus lebih baik dengan modifikasi produk agar lebih sempurna dan diminati konsumen. (agus susanto)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *