BERNASNEWS.COM —Mbah Ngadirah, warga Dusun Gari RT 01/RW 11 Gari, Wonosari, Gunungkidul, hidup sebatangkara, sendirian tanpa sanak saudara. Nenek berusia 74 tahun ini menggantungkan hidupnya dari belas kasih para dermawan.
Mbah Ngadirah yang tanpa anak ditinggal pergi suami entah kemana. Saat ini, Mbah Ngadirah tinggal di rumah sederhana di tengah pepohonan jati. Rumah tanpa batu bata itu dibangun oleh para tetangga dan komunitas pecinta sepeda motor CB. Baju yang dipakai merupakan pemberian orang. Masih ada tulisan sebuah toko pakaian di Yogyakarta.
“Kaya ngene keadaane mas (seperti ini keadaannya mas). Urip dewe (hidup sendirian),” ujar Mbah Ngadirah saat dikunjungi relawan yang mewakili seorang tokoh di Gunungkidul, Dr Ir H Wahyu Purwanto MSIE, di tempat tinggalnya, Jumat (16/8/2019).
Siang itu, terik matahari begitu menyengat tubuh. Mbah Ngadirah duduk di samping rumah ditemani seorang ibu. Mereka berbincang di bawah pohon jati. Tetangganya, Septian Darmansah, menuturkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Mbah Ngadirah sangat bergantung pada uluran tangan dari saudara dan masyarakat sekitar yang peduli terhadapnya.
Simbah hidup sendirian di rumah tua, warisan orangtuanya yang sudah meninggal puluhan tahun lalu. Pekarangan sudah dibagi-bagi untuk saudaranya. Rumahnya berada di antara pohon-pohon jati. Sehari menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74, sejumlah relawan menyerahkan bantuan dari seorang tokoh di Gunungkidul yang peduli, Dr Ir H Wahyu Purwanto MSIE, kepada Mbah Ngadirah.
Simbah mengucapkan terimakasih, maturnuwun dan mendoakan orang yang meringankan beban hidupnya, diberkahi dan dimudahkan dalam segala hal. “Mugo-mugo Allah ngijabahi opo penjalukane (Semoga Allah mengabulkan apa yang diinginkan),” pinta Mbah Ngadirah seperti dikutip Sihono kepada Bernasnews.com, Jumat (16/8/20190. (*/lip)