BERNASNEWS.COM — Anda yang belum pernah berwisata ke Bali atau barangkali pernah dan ingin kembali mengulang liburan bernuansakan khas pulau dewata tersebut, seperti halnya di Pura Besakih yang sejuk dan sering berkabut karena berada di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut (mdpl). Untuk menikmati nuansa yang sama, silakan berwisata ke Candi Cetho yang terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Cetha, Kelurhan Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Buka dari jam 07:00 sampai dengan jam 17:00 WIB.
Candi Cetho berada pada ketinggian 1.496 mdpl, dapat ditempuh dengan sepeda motor atau kendaraan roda empat, dengan jarak 40 km dari Kota Solo. Komplek candi berlatar belakang agama Hindu ini memanjang ke belakang dengan panjang 190 m dan lebar 30 m. Komplek Candi Cetho memiliki 13 teras yang disusun meninggi ke arah puncak dan menghadap ke barat. Masa pendirian candi diperkirakan sekitar abad XV, hal ini didasarkan adanya sengkalan tahun terpahat pada gapura teras VII dengan sengkalan yang berbunyi “goh wiku hanahtiku” (1397 Saka/ 1475 Masehi).
Seperti yang dipaparkan oleh Balai Cagar Budaya Jawa Tengah dalam papan informasi di halaman candi, Minggu (28/07/2019), saat Bernasnews.com berkunjung di obyek wisata ini, bahwa informasi dan data tentang keberadaan Candi Cetho cukup lengkap, termasuk potret candi saat pemugaran pertama kali Tahun 1928. Juga penjelasan keunikan Candi Cetho, terlihatan dari bentuk seni bangunan yang berteras seperti punden berundak. Selain itu, bentuk arca-arcanya masih sangat sederhana dan belum menunjukkan bentuk arca kedewaan.
Berdasar prasasti yang ditemukan, Candi Cetho digunakan untuk ruwatan atau pembebasan. Ini dikaitkan dengan cerita Sudamala seperti yang terdapat pada Candi Sukuh masih di kawasan lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dan terkait berlatar agama Hindu, candi ini hingga kini masih dipergunakan oleh masyarakat Hindu guna melaksanakan kegiatan keagamaan. Sebagaimana kehadiran rombongan wisatawan dari Tulungagung, Jawa Timur dan dari Kintamani, Bali. Kunjungan mereka di Candi Cetho dalam rangka menggenapi rangkaian ritual peringatan raya umat Hindu, yaitu Galungan dan Kuningan.
“Kami serombongan 15 orang dari Tulungagung datang ke Candi Cetho untuk melaksanakan doa atau ibadah dalam rangka Galungan, yang kemudian disusul Kuningan,”terang Wakil Rombongan, Marlan dari Tulungagung kepada Bernasnews.com usai melaksanakan ibadah di puncak candi. Sementara, Kadek dari Kintamani, Bali, menjelaskan, bahwa dia bersama rombongan keluarga melakukan ritual keagamaan sudah dua hari di tempat-tempat ibadah Hindu yang berada di Banyuwangi, lantas Solo dan Candi Cetho, serta di hari berikutnya ke Parangtritis, Yogyakarta.
Ada beberapa kegiatan atau kalender event Tahun 2019 di Candi Cetho yang diselenggarakan atas kerja sama Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar, dan Peradah Jenawi, sebagai berikut, Galungan (24/7), Kuningan (3/8), Modosio/ Bersih Desa (13/8), Suro (1/9), Dawukan (2/9), Saraswati (7/12), dan Pager Wesi (11/12).
Berwisata di Candi Cetho ini selain dapat dikategorikan sebagai wisata relegi atau wisata spiritual, juga kategori wisata alam disebabkan pesona alam sekitarnya berupa pegunungan yang berhiaskan hamparan perkebunan teh dan hutan lereng Gunung Lawu, menambah eksotisnya suasana sakral ditambah semerbak wangi bau dupa sesaji, mengingatkan keberadaan pura-pura di pulau dewata Bali. Sungguh sayang apabila dilewatkan dalam agenda liburan anda. (ted)