BERNASNEWS.COM — Olah raga arung jeram yang awalnya termasuk olah raga eksklusif yang digemari sebatas para petualang dan mahasiswa pecinta alam, namun dewasa ini olah raga yang termasuk ekstrem karena penuh resiko sudah banyak yang menggemari dan dapat digolongkan bagian dari wisata minat khusus. Disebut wisata minat khusus karena selain berbentuk kegiatan olah raga, para wisatawan juga dapat menikmati pemandangan di sekitar pinggiran sungai dan icipi kuliner usai arung jeram.
Perkembangan wisata minat khusus arung jeram ini bisa kita jumpai di aliran Sungai Elo, tepatnya di Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Seperti yang disampaikan oleh Azis, selaku pemandu arung jeram, Selasa (23/07/2019), kepada Bernasnews.com, menjelaskan, bahwa awal mula wista arung jeram di Sungai Elo pada tahun 1995 oleh sekelompok mahasiswa pecinta alam Palapsi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
“Awalnya 2 – 3 tahun dieksplorasi oleh mahasiswa pencinta alam dari Palapsi UGM, mulai dari hulu sampai di belakang terminal Magelang. Kemudian mulai bisa diarungi dengan perahu hingga Mendut. Mereka juga mempelajari tentang keberadaan jeram sungai Elo, serta kondisinya berdasar siklus alam di musim kemarau ataupun penghujan. Lantas akses jalan desa di mana jeram itu berada, kemudian dapatlah start dari Desa Pare Blondo sampai Mendut dengan jarak 12 kilo meter,” terang Azis.
Bicara perkembangan wisata arung jeram sungai Elo, Aziz yang telah berpengalaman selama 10 tahun menjadi pemandu arung jeram, menambahkan, ketika mengawali usaha setiap bulannya belum tentu ada tamu atau wisatawan yang datang, jika adapun hanya beberapa orang itupun wisatawan dari manca negara. Sehingga butuh proses untuk menghadirkan wisatawan dan memperkenalkan olah raga arung jeram sebagai wisata minat khusus yang cukup aman bagi wisatawan.
“Awalnya dulu cuma satu operator (usaha jasa) arung jeram, terus menjadi dua dan mulai tahun 2000an sampai sekarang (2019) telah berkembang menjadi 22 operator. Untuk hari biasa belum mesti ada tamu, sebab wisatawan lokal berkunjung di hari Sabtu, Minggu atau hari libur. Sedangkan wisatawan manca negara semacam Eropa pada bulan Juli – September. Mulai tahun 2016 wisatawan yang datang dipastikan ada setiap harinya, dari 6 orang sampai 60 orang, untuk libur long weekend bisa mencapai lebih kurang 2500 wisatawan,” kata Azis.
Sungai Elo yang membelah Kabupaten Magelang ini mempunyai sekitar 31 jeram, dengan penyebutan nama masing-masing operator terkadang berbeda, sedangkan penyebutan yang sudah tercatat dari awal adalah, 1. Jeram Start, 2. Jeram bawah jembatan Blondo, 3. Jeram Welcome, 4. Jeram Kedung Celeng, 5. Jeram DOP, 6. Jeram Wungon, 7. Jeram Cilupba , 8. Jeram Tiban , 9. Jeram Talang Air I, 10. Jeram Zig zag I, 11. Jeram Jembatan Sesek, 12. Jeram Zig zag II, 13. Jeram Kriting ,14. Jeram Rodeo, 15. Jeram Rest Area A, 16. Jeram Rest Area B , 17. Jeram Bogel, 18. Jeram Gilingan Batu, 19. Jeram Delta, 20. Jeram Pendangkalan, 21. Jeram Panjang , 22. Jeram Banar, 23. Jeram Dongklak, 24. Jeram Penyempitan, 25. Jeram Bronjong, 26. Jeram Nyenyak, 27. Jeram Talang Air II, 28. Jeram Kolam Renang, 29, Jeram Paradise Bali, 30. Jeram Tapak, dan 31. Jeram Mak Nok / Finish.
Ada tiga paket harga wisata arung jeram, dari harga Paket Rp 650.000/ perahu, Paket Rp 750.000/ perahu, dan Paket Rp 750.000/ perahu. Yang membedakan setiap paketnya adalah terletak pada menu kuliner di tempat peristirahatan terakhir dan layanan fotografer. Adapun fasilitas pokok paket hampir sama, seperti, Welcome Drink, Asuransi, Equipment rafting (perlengkapan arung jeram), Pemandu, Transportasi, Retribusi, dan Snack/ kelapa muda di Rest Area.
Sementara itu, berkenaan dengan isu lingkungan, Azis menyampaikan beberapa kendala yang dialami dalam wisata arung jeram ini. Pertama, arung jeram melintasi banyak wilayah dusun sehingga perlu adanya pemahaman yang sama oleh masyarakat sekitar sungai. Kedua, kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai, ini harus dijaga betul jangan sampai sungai kotor.
“Berikut yang terpenting adalah faktor alam, kita harus mendidik pemandu arung jeram yang benar-benar memahami morfologi sungai bukan sekadar hafalan. Banyaknya operator arung jeram di sungai Elo, jangan sampai terjadi persaingan yang tidak sehat yang akhirnya wisatawan dirugikan. Berharap maraknya operator arung sungai memberikan dampak pada perekonomian masyarakat sekitarnya, serta terjaganya kelestarian alam,”pungkasnya. (nun/ ted)