BERNASNEWS.COM — Menikmati minum kopi di bawah rumpun pohon bamboo, di pinggir kali pedesaan sensasinya tidak kalah dibandingkan dengan minum kopi di kafe atau coffe shop yang menjual nuansa kekinian, apalagi sajian minum kopi tersebut bukan di sebuah cangkir cantik melainkan disajikan dengan gelas dari potongan bambu atau disebut bumbung dalam bahasa Jawa.
Anda ingin mencoba? Silakan berkunjung ke Pasar Kuliner Kebon Empring, Dukuh Bintaran Wetan, Desa Srimulya, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY. Tepatnya Jalan Wonosari Km 11, ada plang arah petunjuk jalan masuk obyek wisata ke selatan menyusuri jalan desa. Dan apabila berkunjung terlebih dahulu harus mengikuti imbauan yang tertulis di pintu masuk pasar, yaitu “Tamu Harap Lapar di Kawasan Pasar Kebon Empring”.
Pasar Kuliner Kebon Empring di bawah pengelolaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Srimulya ini, buka setiap hari Senin- Sabtu, Pukul 10:00 – 18:00 WIB dan khusus hari Minggu, Pukul 06:00 – 16:00 WIB. Aneka kuliner jaman dulu dan jajanan khas pedesaan ada di pasar ini, seperti nasi wiwit, nasi wader, sate ayam, sate kere, dan masih banya lagi. Juga aneka minuman tradisional, salah satunya adalah kopi bumbung.
Isnawan selaku Humas Pasar, Minggu (21/07/2019), kepada Bernasnews.com, menjelaskan, bahwa Pasar Kuliner Kebon Empring dibuka pada awal Ramadan tahun 2018 lalu dan hingga kini ramai tetapi belum diadakan semacam peresmian atau grand opening.
“Pasar Kuliner Kebon Empring buka sudah setahun pada awal bulan puasa (Ramadan) tahun 2018 lalu dan hingga kini belum dilakukan grand opening. Ada 25 lapak penjual kuliner yang masing-masing menampilkan keunggulan yang berbeda, ditambah dengan variasi kuliner lainnya. Sehingga terdapat lebih dari 100 macam kuliner,” kata Isnawan.
Soal letak pasar yang berada di pinggir kali Gawe, Isnawan, menambahkan, bahwa sebagai pengelola selalu mengingatkan dan mengajak kepada para pemilik lapak maupun pengunjung agar selalu menjaga kebersihan, terutama dari bungkus plastik. Juga terhadap kebersihan air kali Gawe, mengajak masyarakat yang berada di pinggiran kali dari hulu hingga hilir untuk menjaganya.
“Kami benar-benar menjaga lingkungan pasar agar tetap alami dan bersih, lapak dan perlengkapan lain dibuat dari bahan yang alami, rangka bambu dan atap dari daun tebu. Para penjualnya pun kami bina dan kami imbau agar jangan mempergunakan gelas plastik atau sejenisnya,”ujarnya.
Dukuh Bintaran Wetan Tukiran, menambahkan, tentang sejarah berdirinya Pasar Kuliner Kebon Empring, bahwa pasar berdiri atas swadaya masyarakat warga pedukuhan, dengan semangat bergotong royong pasar bisa berdiri di atas tanah sebagian milik warga dan selebihnya adalah tanah setatus wedi kengser (tanah badan sungai milik negara).
“Dulunya tempat pasar ini banyak unthuk cacing sehingga banyak orang yang jijik, namun setelah dibersihkan dan dijadikan pasar dapat menumbuhkan perekonomian warga pedukuhan Bintaran Wetan. Namun untuk mengawali dan berproses jadi ramai seperti sekarang juga butuh perjuangan, serta semangat warga pemilik lapak maupun pengelolaan,”terang Tukiran.
Lanjut Tukiran, dari 25 lapak ke depan akan ada tambahan empat lapak baru dari warga setempat juga. Bahkan keberadaan Pasar Kuliner Kebon Empring, di Dukuh Bintaran Wetan, Desa Srimulya, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul ini, telah menumbuhkan beberapa tempat wisata baru di sekitarnya. Salah satunya adalah Taman Nggirli, tempat wisata yang letaknya berada di selatan tiga kilo meter dari Kebon Empring, berkonsep lebih pada taman bermain untuk anak-anak.
“Semua obyek wisata tersebut hasil swadaya warga, meskipun tahun lalu pernah dikunjungi oleh Bupati Bantul, lantas GKR Hemas dan kami telah sampaikan proposal permohonan pembangunan talud untuk tebing kali Gawe yang longsor cukup panjang. Juga jembatan dan akses jalan menuju wilayah Dukuh Bintara Wetan yang berada di sebelah timur kali, namun sampai kini belum terealisir,”imbuh Tukiran. (ted)