News  

Selamat Jalan Maria Grace Natali, Siswi Kelas IV SD Wae Wedu Labuanbajo

Bruder Libert bersama Maria Grace Natali. Foto : Dok pribadi

BERNASNEWS.COM — Tuhan lebih mencintaimu enu, selamat jalan menuju Rumah Bapa di Surga, doakan kami yang masih berziarah di dunia ini“. Status Bruder Libert di whatsapp-nya sekitar pukul 12.30 WIB, Jumat (19/7/2019), dengan cepat tersebar luas di grup WA keluarga orangtua Manggarai, Flores Barat, di Yogyakarta. Dan status yang disertai foto Bruder Libert bersama Maria Grace Natali (10), siswi kelas IV SD Katolik Wae Wedu Labuanbajo, Manggarai Barat saat berada di RS Sardjito Yogyakarta beberapa waktu lalu itu, sungguh mengejutkan.

Bernasnews.com pun segera menghubungi Bruder Libert melalui layanan pesan whatsapp menanyakan sekaligus mengonfirmasi kebenaran status itu. “Bruder, apa betul nona Grace meninggal? tanya Bernasnews.com yang dibalas Bruder Libert, “Betul. Barusan di RS Siloam (Labuanbajo, Manggarai Barat, red).”

“Bisakah Bruder ceritakan kronologis hingga Grace meninggal?” tanya Bernasnews.com, yang dijawab “Wah kurang begitu tahu. Yang jelas kemarin masuk ICU karena semua persendiannya kaku. Semalam belum sadarkan diri dan tadi diberi minyak suci ternyata setelah itu meninggal.”

“Dari mana Bruder Libert dapat informasi meninggalnya Grace?” tanya Bernasnewes.com lagi. Bruder Libert pun menyampaikan informasi yang didapat sebelum Grace meninggal dunia. Menurut Bruder Liber, ia mendapat informasi Grace meninggal dari Simon Pantur, tetangga Grace. Dan kebetulan Simon Pantur adalah pakde (ema tu’a/bapa tua)-nya Bruder Libert.

Menurut Bruder Libert, sebelum meninggal dunia, Grace dibawa ke RS Siloam Labuanbajo karena semua persendiannya kaku. Informasi ini diperolehnya dari ayah Grace, Laurensius Harapan, melalui layanan pesan WA, Jumat (19/7/2019) sebelum Grace meninggal dunia sekitar pukul 12.00 Wita atau pukul 11.00 WIB.

Maria Grace Natali (10), siswi kelas IV SD Katolik Wae Wedu Labuanbajo, Manggarai Barat, yang meninggal dunia di RS Siloam Labuanbajo, Manggarai Barat, NTT, Jumat (19/7/2019). Foto : Dok pribadi

Mengutip informasi dari ayah Grace, Bruder Libert mengatakan bahwa pada Jumat (19/7/2019) pagi, ayah Grace mengabarkan bahwa putrinya yang riang itu pada Kamis (18/7/2019) malam, dibawa ke ruang ICU RS Siloam Labuanbajo. “Bruder…selamat pagi, Mohon doanya untuk Enu Grace saat ini dia masih si Ruang ICU RS Siloam. Semalam dia nginap karena seluruh prsendiaanya kaku dan tdk bisa begerak😭😭 ,” demikian isi WA dari ayah Grace.

Tak lama kemudian, ayah Grace kembali mengirim WA : “Bruder….Enu blum bisa sadar, mash di ruang ICU
Bruder campe (tolong) anak periang daku ta ((saya kah) Bruder. Setelah itu, ayah Grace tidak memberikan informasi apa-apa lagi hingga kemudian Bruder Libert mendapat kabar dari pakdenya, Simon Pantur, bahwa Maria Grace Natali meninggal dunia pada Jumat (19/7/2019) sekitar pukul 12.00 Wita.

Siapakah Maria Grace Natali (10)?

Dia adalah siswi kelas IV SD Katolik Wae Wedu Labuanbajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Pada Jumat (8/2/2019) lalu, kaki kanan anak kedua dari empat barsaudara anak pasangan suami-istri Laurensius Harapan, Guru IT SMK Negeri I Labuanbajo, dan Dolorosa Sabur (ibu rumah tangga) ini, terpaksa diamputasi/ dipotong di ujung paha bagian atas lutut di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Praktis, sejak itu, Grace-sapaan Maria Grace Natali-harus hidup hanya dengan satu kaki.

“Ini pilihan terakhir dan jalan terbaik yang kami ambil. Berat memang, tapi itu yang terbaik. Lebih baik kehilangan satu kaki dari pada kehilangan semuanya,” kata Laurens, sapaan Laurensius Harapan, saat ditemui Bernasnews.com di Wisma Atmajaya Babarsari, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY, pada 13 Pebruari 2019.

Maria Grace Natali, siswi kelas IV SD Katolik Wae Wedu Labuanbajo, Manggarai Barat, saat berbaring setelah kakinya diamputasi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Jumat (8/2/2019) lalu. (Foto : ISTIMEWA)

Menurut warga asal Desa Benteng Dompe, Kecamatan Pacar (hasil pemekaran dari Kecamatan Macang Pacar), Kabupaten Manggarai Barat, NTT ini, keputusan amputasi terpaksa diambil setelah melihat hasil Computed Tomography Scanner (CT-Scan) yakni pemeriksaan pencitraan tubuh menggunakan sinar-X. “Dari hasil CT-Scan terlihat tulangnya sudah keropos, hancur. Kata dokter, kaki Grace terkena tumor cruris. Kalau tidak diamputasi bisa merembet ke bagian lain dan sangat membahayakan kehidupan anak saya,” kata Laurens saat itu.

Laurens yang saat itu bersama adik perempuannya menemani Grace di Wisma Atmajaya (belakang kompleks Kampus Universitas Atmaja Yogyakarta) Babarsari, Depok, Sleman, berharap kondisi Grace segera pulih agar bisa pulang ke Labuanbajo, Manggarai Barat. Dan ternyata, hanya beberapa bulan pulang ke Labuanbajo setelah kakinya diamputasi, Tuhan memanggil Grace pada Jumat (19/7/2019) pukul 12.00 Wita. Selamat jalan nona Grace, semoga bahagia bersama Bapa di Surga. (lip)

Bruder Libert bersama Maria Grace Natali. Foto : Dok pribadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *