BERNASNEWS.COM —Sejumlah pelanggan air PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat mengeluh karena kualitas air dalam dua bulan terakhir sangat jelek. Selain kotor, air PDAM Cirebon terasa asin.
“PDAM Kabupaten Cirebon tidak profesional dan tidak bertanggungjawab. Sudah sekitar 2 bulan pelanggan PDAM di wilayah Cirebon Timur dirugikan dengan mendapatkan air asin dan selalu kotor. Selain alat dapur akan cepat berkarat, air juga tidak bisa digunakan untuk memasak. Padahal PDAM = PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM, tapi air ngga bisa untuk minum. Kalau PDAM mau eksis di bidang pemasaran air minum, mohon ini harus segera disikapi pihak PDAM Kabupaten Cirebon sebelum masyarakat Cirebon Timur melaporkan ke pihak yang berwenang. Karena air tidak sesuai dengan keinginan pelanggan. Terima kasih,” tulis salah seorang pelanggan PDAM Cirebon, Eddy Syamsuri, dalam akun facebooknya, Rabu (17/7/2019) pukul 08.00 WIB.
Menanggapi keluhan itu, Suminta Ismail, salah seorang pengawas PDAM Cirebon yang dihubungi Bernasnews.com melalui layanan pesan whatsapp (WA) mengakui kualias air PDAM Cirebon dalam beberapa waktu terakhir memang jelek. Hal ini disebabkan karena pecahnya Bendungan Karet di Sungai Jamblang/ Bondet dan Tawangsari. Sehingga pada saat air laut pasang masuk ke unit produksi di WTP (Water Treatment Plant) atau unit pengolahan air milik PDAM dan WTP Losari sehingga distribusi air ke pelanggan terkena kontaminasi.
“Insha Allah dalam beberapa hari ini sedang diusahakan supaya pasokan ke pelanggan normal. Saat ini sedang dibangun kisdam di muara Sungai Cidanggarung,” kata Suminta.
Menurut Suminta, PDAM Cirebon sudah menyampaikan kondisi pecahnya Bendung Karet kurang lebih 1 tahun yang lalu. Bahkan PDAM bersama DPRD melakukan kunjungan ke BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) yakni unit pelaksana teknis yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jakarta untuk meminta percepatan perbaikan Bendung Karet dan Bendung Karet tersebut mutlak kewenangan BBWS. Dan di Losari masuk dalam kewenangan BBWS Cimanuk dan Cisanggarung.
“PDAM sudah menawarkan kepada pelanggan dengan kualitas air seperti ini apakah distribusi air ke pelanggan tetap dijalankan atau di off dulu dan sebagian besar pelanggan meminta agar air PDAM tetap dijalankan karena dalam kondisi kemarau mereka tidak mempunyai air alternatif,” kata Suminta Ismail.
Dikatakan, yang terkena dampak dari pecahnya Bendung Karet kurang lebih 2.000 pelanggan dan kualitas air seperti ini mulai berlangsung setelah Idul Fitri, Juni 2019. Dan apabila kualitas air ke pelanggan kurang baik dalam waktu 1 bulan penuh maka PDAM akan menurunkan klasifikasi tarif air dari rumah tangga B menjadi tarif sosial (turun 2 tingkat).
Menurut Suminta Ismail, dampak yang juga dirasakan oleh PDAM dengan pecahnya Bendung Karet adalah pelayanan kepelanggan terganggu, bahan kimia yang dipakai untuk pengolahan lebih tinggi dari biasanya (lebih boros) sehingga biaya oprasional lebih tinggi. Dan turunnya pendapatan penjualan air serta peralatan/sistem perpompaan akan mudah karat (korosif) dan lain-lain.
Dari usulan PDAM ke Kementrian PUPR bahwa Bendung Karet akan diperbaiki secara permanen pada bulan Juni bahkan pada hari Rabu, 13 Juni 2019 lalu ada survei dan peninjauan oleh pelaksana kegiatan perbaikan Bendung Karet.
“Diharapkan sebelum pekerjaan permanen perbaikan Bendung Karet, PDAM meminta kepada pelaksana kegiatan tersebut agar dibuatkan kisdam agar bisa menahan laju air laut ke unit produksi ketika air laut pasang. Selanjutnya setelah pembuatan kisdam dan Bendung Karet secara permanen pelayanan distribusi air untuk pelanggan yang dilayani oleh pengolahan WTP Babadan dapat normal kembali,” kata Suminta Ismail. (lip)