News  

Ribuan Warga Antusias Menyaksikan Pembukaan FKY 2019

Bregada Wiro Mudho membawa panji-panji FKY pada pembukaan FKY 2019 di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (4/7/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

BERNASNEWS.COM — Ribuan warga Jogja maupun wisatawan memadati persimpangan Titik 0 Kilometer Yogyakarta, Rabu (4/7/2019), untuk menyaksikan pembukaan Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2019. Meski acara baru dimulai pukul 15.30 WIB, namun sejak pukul 14.00 WIB warga sudah mulai berdatangan dan memadati area pembukaan yang dipusatkan di depan Museum Sonobudoyo atau bekas Kantor KONI DIY.

Masyarakat sangat antusias menyaksikan acara pembukaan yang dimeriahkan dengan pawai yang datang dari dua titik yakni dari Alun-alun Sewandanan Kompleks Pakualaman dan Kantor Gubernur DIY Kepatihan menuju titik acara pembukaan di Jalan Pangurakan depan Museum Sonobudoyo.

Tak kurang dari 2.000 peserta mengikuti pawai pembukaan yang terbagi dalam 33 kontingen, masing-masing 21 kontingen dari Kepatihan dan 12 kontingen dari Pakualaman. Di sepanjang jalan/rute yang dilakukan peserta pawai dipadati ribuan warga dan wisatawan yang menyaksikan acara yang digelar setahun sekali itu.

Ribuan warga menyaksikan pawai pembukaan FKY 2019 di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Rabu (4/7/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

“Wah Jogja memang istimewa. Pawai kebudayaan berlangsung meriah dan sangat menghibur. Ini tontonan gratis yang menarik bagi wisatawan,” tutur Suyono, salah seorang warga yang datang dari Semarang, Jawa Tengah kepada Bernasnews.com di sela-sela menyaksikan pawai pembukaan FKY.

Pawai yang dilepas dari Alun-alun Sewandanan Pakualamana diwali Bradaga Wiro Mudho yang membawa panji-panji FKY 2019 diikuti rombongan Paseduluran Angkringan Silat dan Kontingen Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul yang menampilkan adat tradisi upacara Jala Sutra.

Dan Kontingen Kabupaten Kulon Progo yang dengan parade sekitar 200 penari angguk mendapat sambutan meriah dari penonton. Para penari yang tampak kompak dan serempak membawakan tari angguk yang pernah meraih juara di tingkat nasional itu.

Sementara kontingen dari Kepatihan antara lain dari Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta yang menampilkan Senin Garapan berupa kostum batik aneka warna kembang hasil karya 20 rintisan kelurahan budaya Kota Yogyakarta. Kemudian kontingen Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul yang menampilkan keragamanan permainan tradisional khas Gunungkidul serta kontingen dari Dinas Kebudayaan Sleman yang menampilkan sajian kuliner khas Sleman.

Ketua Umum Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 Paksi Raras Alit mengatakan, sebagai tradisi khas yang selalu diadakan sejak masih bernama Festival Kesenian Yogyakarta, pawai pembukaan merupakan kegiatan yang menandai dimulainya festival tahunan ini. Dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pawai pembukaan kali ini dimulai dari dua titik yang berbeda. Titik pertama kontingen dilepas dari Kepatihan, sementara di titik kedua kontingen dilepas dari Alun-alun Pakualaman.

Warga berjubel di Titik Nol Kilometer untuk menyaksikan pawai pembukaan FKY 2019, Rabu (4/7/2019). Foto : Philipus Jehamun/ Bernasnews.com

“Rombongan yang berangkat dari dua titik berbeda ini kemudian bertemu di kawasan 0 kilometer, tepatnya di depan bekas Gedung Sonobudoyo (eks-KONI), tempat para tamu undangan berada,” kata Paksi Raras Alit.

Dikatakan, FKY 2019 mengusung tema MULANIRA yang memiliki makna “Kembali ke asal mula: Apa yang sebelumnya ditetapkan, mengalami pergeseran yang menuntut kemampuan jawaban tiap generasi”. Hal ini dipandang mampu menggambarkan kondisi Yogyakarta sebagai ruang yang terbuka terhadap ragam gagasan dan kebudayaan, di mana kemudian terjadi interaksi-interaksi yang akhirnya membentuk karakter kebudayaan Yogyakarta yang memiliki watak terbuka, ramah, toleransi dan luwes.

Prosesi pembukaan FKY secara simbolis oleh Ketua Umum Panitia FKY 2019 Paksi Raras Alit (kanan) bersama Dr Restu Gunawan MHum, Drs Umar Priyono MPd, Aris Eko Nugroho SP MSi, Rabu (4/7/2019). Foto : Official Dok FKY2019

“Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 ‘Mulanira’ berupaya menjadi peristiwa budaya guna menunjukkan semangat dan karakter keterbukaan, keramahan dan tepa selira. Hal ini erat kaitannya dengan perubahan nama festival ini yang menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta, dari selama tiga dasawarsa sebelumnya bernama Festival Kesenian Yogyakarta. Konsekuensi nyata dari perubahan nama tersebut adalah festival ini tidak hanya fokus pada seni, melainkan menjadi tumbuh dan berkembannya kebudayaan sehingga mencakup juga obyek-obyek kebudayaan lain yang tercantum di Perdais No 3 tahun 2017 yaitu nilai-nilai budaya, pengetahuan dan teknologi, bahasa, adat istiadat, tradisi luhur, benda dan tentu saja obyek kebudayaan berupa seni,” kata Paksi Raras Alit.

Staf Ahli Gubernur Drs Umar Priyono MPd yang mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya menyambut baik digelarnya FKY sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya daerah. Selain itu, FKY yang digelar rutin setiap tahun diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan karena FKY menjadi salah satu daya tarik wisata. (lip)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *