BERNASNEWS.COM – MEMBACA judul di atas kemungkinan besar pembaca bertanya, ada apa gerangan dengan si Batman? Menurut legenda ceritanya, tokoh yang satu ini biasanya selalu tampil bersama dengan sahabat setianya, yang dikenal dengan nama Robbin. Kedua tokoh ini kemudian disebut sebagai tokoh yang perkasa dan membela kebenaran.
Lantas apa hubungannya dengan judul di atas bila dikaitkan dengan munculnya si Batman yang mempunyai jebakan, yang di era milenial ini dikenal dengan sebutan Jebakan Batman atau Betmen?
Memperhatikan uraian tersebut, kiranya perlu dipahami bersama apa sebenarnya yang dimaksud dengan jebakan Betmen? Pada intinya ditegaskan bahwa jebakan Betmen diartikan sebagai suatu kondisi dimana kita terkadang secara konyol terperangkap pada suatu kondisi dimana seharusnya hal itu dapat dicegah atau dihindari kalau kita lebih waspada. Secara harafiah, jebakan Betmen merupakan istilah metamorfosis untuk sebuah kondisi konyol yang tidak terduga.
Mengapa disebut jebakan Betmen? Karena dalam legendanya disebutkan bahwa tokoh Betmen sering gampang banget kena tipu dan gampang masuk ke jebakan musuh yakni si Joker. Betmen adalah tokoh superhero dalam komik DC, yang setiap kali masuk jebakan, Robbin selalu bilang : “Holy, Batman! We’re trapped!” Adapun Batman selalu menjawab : “Shoot….it’s a trap, Rpbbin”.
Di sisi lain ada pula yang menyebutkan bahwa disebut jebakan Betmen karena terinspirasi dari Batcave, gua tempat sarangnya Batman yang banyak sekali jebakan untuk mencegah musuh masuk ke dalamnya. Dengan uraian tersebut, bila kita menarik benang merahnya dengan berbagai kondisi yang ada dalam bidang usaha atau bisnis maupun di sektor lain, maka kiranya istilah jebakan Betmen ini dapat pula dialami oleh berbagai pihak.
Ambil contoh bagaimana jebakan Betmen ini dialami oleh para calon didik baru dan orangtuanya di SMP atau SMA yang akhirnya tidak dapat tempat di sekolah lanjutan dengan penerapan sistem zonasi, sehingga sebenarnya kalau mereka secara jeli memperhatikan dan mempelajari penerapan konsep zonasi, maka semestinya hal yang buruk tidak mungkin dialaminya.
Bagimana kalau hal tersebut dialami di bidang usaha, yang seperti beberapa waktu berselang Presiden Joko Widodo sampai mengundang pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) untuk mengantisipasi adanya perang dagang antara China dan Amerika. Beliau menegaskan bahwa dengan adanya parang dagang antar kedua negara tersebut bagaimana para usahawan di Indonesia mampu memasukinya, sebatas jangan sampai justru masuk dalam jebakan Betmen. Tentu saja hal ini mensyaratkan bahwa para usahawan di negara kita lewat kedua lembaga, yakni Kadin dan Hipmi, dapat melihat peluang baru dari kasus tersebut.
Bila kenyataannya Kadin atau Hipmi dapat menerobos masuk ke kedua negara tersebut, dengan berbagai komoditi yang dibutuhkan di kedua negara itu, niscaya hal ini akan semakin memperbesar negara kita, sehingga neraca perdagangan Indonesia akan semakin surplus yang akhirnya makin menguatkan perekonomian negara. Tetapi jangan sampai terjadi sebaliknya, kita malah masuk jebakan Betmen tadi, yang justru dapat mengakibatkan kerugian dalam perdagangan.
Sering kali disebutkan bahwa di sektor bisnis jebakan Betmen ini terjadi atau dialami bila hal itu terkait dengan 5 hal, yakni penjualan tanpa pola, penjualan berjangka tanpa penjualan rutin, terpukau omset penjualan, terpukau akan status/ popularitas dan tidak mau memperhatikan hal-hal yang sifatnya teknis.
Bila kelima hal ini bisa dihindari, maka diharapkan pelaku bisnis akan mampu menghindari munculnya jebakan Betmen tersebut. Ambil contoh saja bila pelaku bisnis melakukan penjualan dan ekspor barang yang tidak berpola, misal terkait dengan musim atau tak mengetahui apa yang dimaui pasar, bisa saja terjadi akhirnya hanya akan menjual barang seadanya sesuai dengan keinginannya menjual tanpa didasari permintaan pasar yang ada.
Akhirnya pasti akan mengalami kerugian. Pepatah menyebutkan pinginnya untung tetapi malah menjadi buntung. Terkait dengan hal teknis, misal kalau penjual atau produsen tidak memperhatikan upaya pengembangan barang atau komoditi yang dijualnya lewat teknologi canggih, termasuk pula tiddak mau memperhatikan persyaratan-persyaratan yang diinginkan buyer atau konsumennya, tentu saja hal itu akan mengakibatkan kekecewaan si konsumen atau buyer, sehingga dapat dipastikan pembeli akan segera mencari produsen atau penjual baru yang mampu melayaninya sesuai permintaan.
Akhirnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa jebakan Betmen ini selalu mengingatkan kepada para pelaku usaha agar jangan sampai mereka melakukan dan memutuskan sesuatu asal-asalan tanpa berpikir lebih seksama dan berjangka panjang, karena pada dasarnya apa yang ingin diraih itu tidak hanya untuk waktu sesaat, namun kalau bisa untuk selamanya. Ayo jangan sampai kita terperangkap jebakan Betmen! Semoga bermakna. (Drs Djati Julitriarsa MM, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta)