News  

Kekeringan di Gunungkidul, ACT Targetkan Distribusi Air Bersih 500 Tangki

BERNASNEWS.COM – Musim kemarau yang melanda Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta mengakibatkan beberapa kecamatan mengalami kekeringan. Hal ini berdampak pada sediaan air yang ada di kabupaten Gunungkidul yang kini kian langka.

Sejak minggu lalu, ACT DIY mulai menyalurkan bantuan air bersih untuk mengurangi dampak kekeringan yang semakin parah. Sudah 50 ribu liter air bersih dikirimkan ke 2 kecamatan, Girisubo dan Rongkop. Di 2 kecamatan ini, air bersih didistribusikan ke empat desa yang mengalami dampak terparah kekeringan serta masyarakat ekonomi prasejahtera.

Guna memudahkan pengiriman air ke 4 Desa Balong, Melikan, Nglindur, dan Tileng, ACT menggunakan truk tangki yang dapat membawa 5 ribu liter air sekali jalan.

“Air dipindah ke tandon yang telah disediakan di masing-masing desa, atau warga datang membawa ember untuk diisi air” kata Koordinator Tim Program ACT DIY, Kharis Pradana, Selasa (2/7/2019).

Tim ACT DIY sedang membagikan air bersih pada masyarakat Gunungkidul, Selasa (2/7/2019). (Foto: Istimewa)

Bantuan air bersih ini pun sudah dinikmati oleh 520 warga. Sukiyem (85) salah satu warga yang ikut mengantri menyampaikan ucapan terimakasih bersama rasa syukur karena telah dapat menggunakan air bersih yang diberikan untuk mandi, minum, dan lainnya selama beberapa waktu ke depan.

Sebelumnya, untuk mendapatkan sumber air bersih, warga harus ke desa lainnya yang jaraknya cukup jauh. Di sumber mata air tersebut menjadi salah satu titik mata air yang masih mengalir. Akibatnya tak sedikit masyarakat antre untuk mendapatkan air, termasuk truk-truk tangki yang berjajar mengantri berjam-jam untuk dapat mendapatkan air bersih.

“Saat mereka dapat jatah air bersih, mereka sangat bersyukur dan berterima kasih,” ungkap Kharis.

Sementara itu Kepala Cabang ACT DIY, Bagus Suryanto menyampaikan, puncak musim kemarau tahun ini ada di bulan Agustus. Pihaknya berupaya untuk membagikan 500 tangki air bersih pada warga yang kesulitan mendapatkan air bersih di Gunungkidul.

Dampak kekeringan di Gunungkidul tak hanya berdampak pada masyarakat saja, tapi juga lahan garapan pertanian. “Ribuan hektare lahan padi terancam mengalami puso di awal kemarau, air untuk kebutuhan konsumsi juga sulit didapatkan,” jelas Kharis.

Sejak musim kemarau yang datang lebih awal ini, masyarakat di Girisubo dan Rongkop sudah mengantisipasi sawah yang sebelumnya ditanami padi, kini berganti palawija. Ketersediaan air serta pola kekeringan yang telah biasa masyarakat Gunungkidul alami menjadi alasan mengganti tanaman ini.

Penggantian tanaman dari padi ke palawija ini tak dilakukan semua petani di dua kecamatan itu. Sebagian lahan masih ditanami padi, lahan ini menggunakan sistem tadah hujan. Namun, ada juga sebagian lahan yang dibiarkan kosong selama kemarau berlangsung. (*/nun/adh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *