Dyaloka PuspitaNingrum, Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UWM)
BERNASNEWS.COM – MASYARAKAT maupun para wisatawan yang datang ke kota Jogja dapat menyaksikan penampilan orkestra angklung setiap saat, baik di sejumlah perempatan sudut lampu merah maupun di kawasan Malioboro, siang atau malam hari.
Di era modern sekarang ini, telah banyak budaya barat yang diadopsi oleh masyarakat Indonesia, sehingga dapat mempengaruhi kebudayaan aslinya yang menyimpan ciri khas dan keunikan tersendiri.
Yogyakarta menjadi salah satu kota terbesar yang ada di negeri ini, tentu saja terus berusaha menyuguhkan pesona dari setiap potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.
Keanekaragaman budaya di kota Jogja dengan keramah-tamahannya sangat menarik untuk ditelisik. Keberadaan pengamen angklung menjadi inspirasi dan langkah yang sangat produktif dalam memanfaatkan peluang di tengah tantangan global. Kemunculan mereka diperlukan dalam pembangunan ruang ekspresi kepada para pelaku seni kebudayaan yang dapat meningkatkan estetis kesenian daerah, khususnya alat musik tradisional yaitu angklung.
Sebagai ikon pelopor dalam membentuk karakter masyarakat yang bangga akan keistimewaan produk lokal, para pengamen angklung tersebut mampu memberikan hiburan yang memadupadankan kreativitas dalam menciptakan daya tarik dan identitas kebudayaan.
Hal ini ditunjukkan melalui ketukan instrumen musik yang dibawakan sesuai dengan selera rakyat, pakaian yang digunakan kental akan kekayaan daerah, iringan lagu merupakan lagu Jawa koplo yang menjadi trend di kalangan masyarakat banyak, seperti lagu dari penyanyi Nella Kharisma, Via Vallen atau Didi Kempot, bahkan penampilan dari biduanita yang turut meramaikan aksi kelompok tersebut.
Eksistensi kelompok ini harus didukung oleh semua pihak. Apresiasi yang sebesar-besarnya patut diberikan, karena apa yang dilakukan oleh para pengamen angklung di kota Jogja ini secara tidak langsung juga menjadi agen dalam wujud melestarikan warisan daerah yang hampir tergeser dengan pesatnya kecanggihan teknologi yang telah mendominasi setiap aktivitas masyarakat Indonesia dan cenderung membawa dampak negatif dari masuknya budaya asing dalam pengaplikasian nilai dan norma yang ada.
Perlunya binaan secara lebih intens dari pihak pemerintah daerah setempat dapat membawa perubahan sosial serta membantu masyarakat mempertajam kemampuan dirinya sebagai pelaku seni yang tetap menjunjung tinggi nilai kebudayaan sebagai bentuk kepribadian bangsa. Pengamen angklung di kota Jogja kembali menghidupkan suasana asli yang otentik akan nilai seni budaya dari setiap pertunjukkannya. (Dyaloka Puspita Ningrum, Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UWM)