Bebas Berekspresi Lewat Musik Jazz

Komunitas Jazz Jogja menggelar halal bihalal di Warung Kopi Obar-Abir, Minggu (16/6/2019) malam. (Foto: Ayusandra)

BERNASNEWS.COM – Lalu lalang kendaraan dan bunyi knalpot meramaikan malam hari di Yogyakarta. Alunan musik bergenre jazz juga ikut meramaikan malam di Yogyakarta. Kali ini, suara tersebut berasal dari Komunitas Jazz Jogja yang mengadakan halal bihalal di sebuah warung kopi.

Jika halal bihalal pada umumnya sekedar ngobrol biasa, maka tidak dengan yang dilakukan oleh Komunitas Jazz Jogja ini. Mereka justru bermain musik Jazz untuk meramaikan suasana. Tidak hanya mulut yang berbicara, tapi alat musik yang berbicara.

(dari kiri ke kanan) Yosua (pemain drum), Prima (vokal), dan Agoeng Prasetyo (bassist) saat menampilkan musik jazz dalam acara Halal Bihalal Komunitas Jazz Jogja, Minggu (16/6/2019). (Foto: Ayusandra)

“Kalau halal bihalal gini, ya pada main mereka (musisi). Gantian mainnya,” kata Prasetyo Iriawan, Pemilik Warung Kopi Obar-Abir, yang menjadi tempat halal bihalal Komunitas Jazz Jogja, Minggu (16/6/2019) malam.

Di tahun-tahun sebelumnya, halal bihalal ini tak pernah sepi dari para pecinta musik jazz. Ia pun mengaku senang untuk mendengarkan musik jazz. Menurutnya, musik jazz adalah musik yang unik.

Keunikan musik jazz terletak pada improvisasi dari para pemain musik itu sendiri. Berbeda dengan musik genre lain yang kebebasan improvisasinya dibatasi. Dalam musik jazz, improvisasi antara satu orang dengan yang lain pun tidak sama walaupun memegang alat musik yang sama.

“Musik jazz itu free atau bebas. Ketika main di satu format, maka format selanjutnya adalah improvisasi yang bebas untuk ekspresikan diri,” ujar Afan, penggemar musik jazz.

Ia membeberkan bahwa dari 1 menit lagu asli, jika dimainkan dengan genre jazz bisa menjadi sekitar 6 menit atau bahkan lebih. Hal ini dikarenakan akan ada improvisasi dari para pemain musik.

Ramainya festival musik jazz membuat ia yakin, bahwa banyak penikmat musik jazz. Menurutnya mendengarkan musik jazz itu tidak melulu harus dengan volume keras.

“Ketika nongkrong di kafe, maka musik jazz akan tetap dimainkan namun tidak menutupi pembicaraan yang berlangsung. Sehingga, musik yang dimainkan adalah musik yang lembut,” ujarnya.

Prima (kiri) sedang bernyanyi dan Agoeng Prasetyo (kanan) saat memainkan musik jazz di acara Halal Bihalal Komunitas Jazz Jogja, Minggu (16/6/2019) malam. (Foto: Ayusandra)

Koordinator Etawa Jazz Club, Agoeng Prasetyo, mengungkapkan pentingnya menjalin komunikasi lewat alat musik saat tampil. Karena dari sinilah harmoni akan terbentuk.

“Untuk bermain jazz itu, harus jadi pendengar yang baik,” ujar Agoeng Prasetyo.

Menurutnya, lewat musik jazz, proses ekspresi kesenian akan terus berlanjut. Walaupun pecinta jazz tak sebanyak pecinta genre musik lainnya, namun musik jazz akan tetap hidup. (adh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *