News  

Jembatan Gantung Kliwonan di Masaran Berfungsi Ganda

Pengendara sepeda motor melintasi Jembatan Gantung Kliwonan dari arah Timur, Dusun Kuyang, Desa Kliwononan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat (7/6/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

Pengendara sepeda motor melintasi Jembatan Gantung Kliwonan dari arah Timur, Dusun Kuyang, Desa Kliwononan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat (7/6/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

BERNASNEWS.COM – Jembatan gantung Kliwonan di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, berfungsi ganda. Selain fungsi utama sebagai penghubung Dusun Plupuh, Desa Sambirejo di sisi Barat Sungai Bengawan Solo dan Dusun Kuyang, Desa Kliwonan di sisi Timur, keduanya di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, jembatan ini juga sebagai tempat wisata menarik dan indah.

Warga Dusun Plupuh, Desa Sambirejo dan Dusun Kuyang, Desa Kliwonan, yang sebelumnya harus naik perahu atau gethek untuk lalu-lintas, namun kini mereka cukup lewat jembatan gantung sepanjang sekitar 300 meter itu. Meski harus bergantian untuk lewat karena sempitnya jembatan, namun warga setempat merasa terbantu dengan keberadaan jembatan yang diresmikan 4 Juli 2002 tersebut.

“Sekarang untuk lalu-lintas warga ke Timur atau Barat sudah lancar. Tidak perlu harus turun ke bawah naik gethek untuk menyeberang tapi cukup lewat jembatan yang lebih cepat, lebih mudah, lancar dan aman,” kata Maryono, warga Dusun Kuyang, Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, saat ditemui Bernasnews.com di ujung Timur jembatan gantung Kliwonan, Jumat (7/6/2019).

Sejumlah pemuda mengatur lalu-lintas kendaraan di Jembatan Gantung Kliwonan di Dusun Kuyang, Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat (7/6/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

Setiap hari, ratusan warga melintasi jembatan yang diresmikan Gubernur Jawa Tengah Mayjen TNI (Purn) Mardiyanto tahun 2002 itu. Jembatan dengan lebar sekitar 1,5 meter itu hanya bisa dilewati satu kendaraan bermotor roda dua dari satu arah, Timur atau Barat. Ketika ada kendaraan yang harus berpapasan maka salah satu arah harus mengalah dengan menunggu di ujung Timur atau Barat jembatan. Di sini peran relawan yang merupakan anak-anak muda setempat yang mengatur lalu-lintas sangat penting.

Mereka membagi tugas, ada yang berada di ujung Barat dan ada yang berada di ujung Timur. Ketika ada pengendara dari arah Timur, maka relawan yang berada di ujung Timur memberi isyarat kepada relawan yang berada di ujung Barat bahwa ada kendaraan yang hendak lewat dari arah Timur, sehingga pengendara dari Barat harus berhenti dulu. Begitu pula sebaliknya.

Seorang wisawatan mejeng di atas Jembatan Kliwonan di Dusun Kuyang, Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jumat (7/6/2019). Foto : Philipus Jehamun/Bernasnews.com

“Iya, setiap hari kami membantu mengatur lalu-lintas agar aman dan lancar. Meski bisa berpapasan di tengah tapi sangat bersiko atau tidak aman karena jembatannya sempit,” kata Maryono.

Selain berfungsi sebagai penghubung kedua dusun, jembatan gantung ini juga sebagai tempat wisata menarik. Dari atas jembatan setinggi sekitar 50 meter di atas permukaan Sungai Bengawan Solo ini, wisatawan bisa melihat aliran Sungai Bengawan Solo, apalagi ketika musim hujan. Pada musim libur, sejumlah wisatawan bahkan warga setempat berdatangan ke jembatan itu hanya untuk menikmati keindahan alam tepi sungai di sekitar jembatan. (lip)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *