BERNASNEWS.com – Sejak TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Piyungan ditutup sepekan lalu, permasalahan sampah di Yogyakarta menjadi isu yang ramai diperbincangkan. Kondisi tersebut sempat membuat beberapa TPS di Yogyakarta menjadi luber hingga ke jalan sehingga mengganggu transportasi dan pemandangan di beberapa titik.
Melihat kondisi tersebut, Akademi Relawan Indonesia (ARI) mengadakan pelatihan pengelolaan sampah menjadi produk yang memiliki nilai jual, Rabu (3/4/2019). Pelatihan ini mayoritas diikuti oleh ibu-ibu kampung Josari.
“Kami berharap agar dari pengelolaan sampah ini banyak kampung mulai peduli dengan lingkungan dan menghasilkan pendapatan tambahan dari pengelolaan sampah yang dilakukan” ujar Kepala ARI, Andri Perdana.
Direncanakan kedepan relawan dari MRI-ACT DIY juga ikut membantu mendampingi masyarakat mengambil bagian untuk menyelesaikan persoalan sampah yang dihadapi oleh warga Yogyakarta.
Pada kesempatan tersebut, ARI berkolaborasi dengan Project B Indonesia,sebuah lembaga edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi produk kerajinan yang bernilai jual.
“75% sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dan dibuang ke TPST berasal dari sampah Rumah Tangga dengan berbagai jenis sampah mulai dari organik, plastik, kaca dan logam” ujar Co-Founder Project B Indonesia, Yebi Yuliandala.
Yebi mencontohkan, sampah botol air mineral jika tidak dikelola dengan baik dapat dijual 500-1000 rupiah per kilogram. Namun jika dipisahkan antara tutup dan botol palstiknya, dapat bernilai 2000-3000 rupiah setiap kilogramnya.
Dalam edukasi ini, warga di Kampung Josari juga diajarkan bagaimana membuat produk-produk berkualitas dan elegan dengan bahan baku yang terbuat dari sampah plastik yang memiliki nilai jual.
Kegiatan pelatihan tersebut diakhiri dengan komitmen masyarakat di Kampung Josari dalam menginisiasi Bank Sampah untuk mengelola sampah dan membuat berbagai produk kerajinan dari sampah dalam mengurangi dampak negatif ke lingkungan. (*/adh)