BERNASNEWS.COM — Tiga mahasiswa dari Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), yaitu Afida Vona, Kharisma Safitri Nur Indahsari, dan Erdin Vernanda Sutrisna, berhasil mengembangkan dan membuat media untuk latihan soal siswa tunanetra yang diberi nama Mathematics Card Braille (Macabre).
Seperti dalam rilis yang dikirim ke redaksi Bernasnews.com, Sabtu (25/05/2019), bahwa solusi membuat kartu matematika braille berawal dari mata kuliah strategi pembelajaran Matematika yang diikuti oleh Kharisma. Pada mata kuliah tersebut, Kharisma membuat media kartu untuk siswa umum. Kemudian, setelah ditemukan permasalahan di SLB Negeri 1 Bantul kartu tersebut dikembangkan untuk siswa tunanetra.
Kartu Macabre ini terdiri dari kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Cara bermainnya, anak mengambil kartu pertanyaan kemudian anak yang lain menjawab pertanyaan yang ada dalam kartu pertanyaan. Sedangkan kartu jawaban, digunakan untuk menjadi pilihan jawaban soal yang sulit. Pada kartu ini terdapat kode-kode braille di box nya sehingga siswa tunanetra dapat menggunakan kartu ini tanpa pendamping.
Sementara itu, di bawah arahan dosen Pendidikan Matematika UPY, Siska Candra Ningsih, M.Sc, penerapan penggunaan Macabre sudah dilaksanakan sebanyak 10 kali sejak tanggal 30 April 2019 di SLB Negeri 1 Bantul. Dan menurut para siswa yang sudah bermain menggunakan Macabre, mereka sangat terbantu dalam melatih kemampuan Matematika.
“Sehingga, kami berharap media ini dapat terus membantu siswa-siswa tunanetra yang lain di sekolah yang lain. Selanjutnya, permainan pembelajaran menggunakan macabre dilakukan secara mandiri oleh guru tunanetra dan siswa tunanetra SLB Negeri 1 Bantul,”jelas Siska.
Berdasarkan informasi dari guru SLB Negeri 1 Bantul, saat ini peraga matematika bagi anak tunanetra untuk latihan soal masih minim. Pengembangan media belajar bagi anak tunanetra sangat bergantung pada kreatifitas guru dan kemandirian anak saja.
“Sebagai guru penyandang tunanetra sangat merasakan manfaat kartu Macabre. Kartu ini dapat membantu siswa tunanetra dalam melatih kemampuan Matematika,”kata Puji selaku guru siswa tunanetra SLB Negeri 1 Bantul yang juga merupakan guru penyandang tunanetra.
Program pembuatan kartu Macabre ini akan terus berlanjut dikarenakan di SLB Negeri 1 Bantul terdapat ruang produksi untuk membraille-kan, Juga tersedia bahan-bahan membuat kartu braille, sehingga diharapkan para guru SLB Negeri 1 Bantul dapat membuat dan mengembangkan kartu-kartu macabre dengan soal-soal atau materi-materi yang lainnya. (*/ted)